Sydney, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyatakan dia menyukai penggambaran kartun Nabi Muhammad di sampul terbaru majalah Charlie Hebdo. Menurut Abbott, kartun tersebut menggambarkan nilai saling memaafkan atas serangkaian serangan di Paris, Perancis, pekan lalu.
"Sekarang, saya agak suka kartun itu. Saya tidak yakin saya menyukai segala sesuatu yang diterbitkan Charlie Hebdo tapi ini adalah kartun nabi dengan air mata berlinang di wajahnya dan mengatakan 'semua telah dimaafkan'," kata Abbott kepada radio Fairfax, 3AW, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (14/1).
"Nilai memaafkan itulah yang kita butuhkan sekarang ini, di mana dunia modern yang kini penuh dengan kebencian," kata Abbott melanjutkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam wawancara tersebut, Abbott juga menepis desakan untuk mencabut peraturan di bawah Undang-Undang Diskriminasi Rasial Australia yang menyebutkan menyinggung, menghina atau mempermalukan orang karena ras adalah perbuatan kriminal.
Pencabutan peraturan tersebut ditolak oleh Canberra tahun lalu, karena meningkatnya kecemasan dari berbagai kelompok etnis.
Namun, pendukung pencabutan peraturan tersebut menyatakan Charlie Hebdo tidak dapat diterbitkan di Australia di bawah undang-undang yang ada.
"Saya akan lebih suka bahwa peraturan yang dimuat dalam butir 18C itu tidak terdapat dalam UU seperti yang sekarang ini. Namun, mengubah peraturan itu dapat menghasilkan banyak perpecahan dalam masyarakat," kata Abbott.
Abbott juga menegaskan bahwa pencabutan peraturan terkait rasisme tersebut hanya dapat dilakukan oleh pemerintah Australia dan tidak akan dilakukan dalam waktu dekat ini.
Majalah satire Charlie Hebdo yang kembali menampilkan karikatur Nabi Muhammad sudah mulai dijual di gerai-gerai di kota Paris, Perancis hari ini Rabu (14/1). Peluncuran edisi terbaru ini tepat satu pekan setelah insiden penembakan yang menewaskan 12 orang pada Rabu (7/1) lalu.
Biasanya hanya mencetak majalah sebanyak 60 ribu eksemplar, pekan ini, Charlie Hebdo mencetak tiga juta eksemplar. Majalah tersebut bersampul penggambaran Nabi Muhammad yang tengah menangis, sempari membawa kertas bertuliskan "Je suis Charlie" atau "Saya Charlie", yang disertai tulisan "Semua telah dimaafkan".
Majalah terbaru Charlie Hebdo bersampul nabi ini juga diterbitkan dalam 16 bahasa untuk pembaca di seluruh dunia.
Diterbitkannya majalah itu memicu reaksi beragam dari umat Muslim. Perdebatan soal kebebasan berbicara dan provokasi agama terus muncul.
(ama/stu)