HUBUNGAN ISRAEL DAN TURKI

Menlu Israel: Presiden Turki Anti-Yahudi

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Kamis, 15 Jan 2015 14:16 WIB
Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman menyebut Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan sebagai penindas yang anti-Yahudi.
Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman kerap mengkritik reaksi Eropa terhadap serangan di Paris pekan lalu, yang dia nilai tidak mengetengahkan isu anti-semit dalam serangan tersebut. (Wikimedia Commons/Michael Thaidigsmann)
Yerusalem, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman menyebut Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan sebagai penindas yang anti-Yahudi. Lieberman, pemimpin partai sayap kanan, Yisrael Beitenu, mengungkapkan kritik terhadap Erdogan, yang gencar mengkritik kebijakan Israel terhadap Palestina.

Pernyataan tersebut diungkapkan Lieberman dalam pertemuan dengan sejumlah duta besar Israel yang berbasis di Eropa dan Rusia pada Rabu (14/1). Dalam kesempatan tersebut, Lieberman juga menyesalkan bahwa Eropa menutup mata akan tindakan Erdogan yang dia nilai anti-semit tersebut.

"Eropa yang beradab, tutup mata secara politis terhadap penindas yang anti-semit, seperti Erdogan dan rekannya, yang membawa kita kembali pada tahun 1930-an," kata Lieberman, mengacu pada era penganiayaan umat Yahudi oleh tentara Nazi Jerman, dikutip dari Al-Arabiya, Rabu (14/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita harus mengatakan yang sebenarnya dan berbicara dengan jelas, dan tidak menutup mata," ucap Lieberman melanjutkan.

Lieberman, pria asal Moldova yang pernah berprofesi sebagai penjaga kelab malam ini bermigrasi ke Israel pada dekade 1970-an. Lieberman kerap mengkritik reaksi Eropa terhadap serangan di Paris pekan lalu, yang dia nilai tidak mengetengahkan isu anti-semit dalam serangan tersebut.

"Di dunia dan di Eropa, sebagian besar diskusi membahas tentang kebebasan berekspresi, ekstremisme dan Islamofobia. Namun aspek anti-Yahudi dan anti-semit jarang sekali diungkap, dan ini sangat serius," kata Lieberman.

Lieberman mengacu kepada insiden penyanderaan di swalayan Yahudi, Hyper Cacher pada Jumat (9/1) lalu, sebanyak empat warga Perancis keturunan Yahudi tewas.

Hubungan antara Israel dan Turki menurun tajam dalam lima tahun terakhir, sejak pasukan Israel menyerbu kapal Turki, Mavi Mamara, yang berlayar menuju Jalur Gaza sebagai bagian dari armada yang menantang blokade laut Israel atas daerah kantung Palestina yang dikuasai Hamas pada 2010 lalu.

Dalam insiden tersebut, bentrokan antara pasukan Israel dan aktivis Turki di atas kapal mengakibatkan sembilan aktivis Turki tewas.

Sejak insiden itu, Erdogan yang sempat menjadi perdana menteri sebelum menjabat menjadi presiden ini, kerap mengkritisi kebijakan Israel atas Palestina.

"(Israel) tidak memiliki hati nurani, tidak ada kehormatan, tidak ada kebanggaan. Mereka yang mengutuk Hitler siang dan malam telah melampaui kekejaman Hitler," kata Erdogan, pada sebuah rapat umum ketika perang di Jalur Gaza tengah berkecamuk pada musim panas lalu.

Meskipun demikian Erdogan memperingatkan para pendukungnya untuk tidak melampiaskan kemarahan akan kebijakan Israel kepada penduduk Yahudi-Turki, yang jumlahnya sekitar 17 ribu orang.

Lieberman, yang kini memutuskan dukungannya kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kerap melontarkan pidato keras, dalam usahanya menggalang dukungan bagi partainya menjelang pemilihan parlemen pada 17 Maret mendatang.

Sementara, Netanyahu mengecam kritik Erdogan yang menyatakan Israel tidak pantas hadir dalam pawai solidaritas pada Minggu (11/1) di Paris karena Israel terlibat perang di Jalur Gaza.

"Saya belum mendengar pemimpin dunia mengutuk komentar (yang diluncurkan) Erdogan. Tidak ada satupun," kata Netanyahu di hadapan sekelompok pelobi AS untuk Israel, dikutip dari Al-Arabiya.

"Saya percaya pernyataan yang memalukan itu harus ditolak oleh masyarakat internasional, karena perang melawan teror hanya akan berhasil jika itu dipandu oleh kejelasan moral," kata Netanyahu melanjutkan. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER