SENTIMEN ANTI-SEMIT

Umat Yahudi Pertanyakan Masa Depan Mereka di Perancis

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Rabu, 14 Jan 2015 15:22 WIB
Serangan di Paris dinilai sebagai salah satu serangan anti-semit yang membuat warga Yahudi mempertanyakan masa depan mereka di Perancis.
Menurut Badan Yahudi untuk Israel, sebanyak 7.000 warga Perancis keturunan Yahudi pindah ke Israel pada tahun 2014. Angka tersebut meningkat sebanyak dua kali lipat tahun sebelumnya. (Dok Flickr/Ernst Moeksis)
Paris, CNN Indonesia -- Serentetan serangan di Paris pada pekan lalu, yang menewaskan 17 orang, termasuk empat warga Perancis keturunan Yahudi, dinilai merupakan salah satu serangan anti-semit yang belakangan merebak di Eropa. Sentimen ini membuat umat Yahudi mempertanyakan masa depannya di Eropa, dan khususnya di Perancis, yang membuat meningkatnya imigrasi Yahudi dari Perancis ke Israel.

Seperti dilaporkan CNN, menurut Badan Yahudi untuk Israel, sebanyak 7.000 warga Perancis keturunan Yahudi pindah ke Israel pada tahun 2014. Angka tersebut meningkat sebanyak dua kali lipat tahun sebelumnya. 

Lembaga tersebut juga mencatat bahwa pada tahun 2014, untuk pertama kalinya, lebih banyak umat Yahudi dari Perancis, dibanding dari negara lainnya, yang pindah ke Israel. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ribuan orang turun ke jalan dan berpartisipasi dalam pawai damai di Paris pada Minggu (11/1), yang dipimpin oleh sejumlah pemimpin negara. Dalam pawai itu, tak hanya slogan "Je Suis Charlie" yang terlihat, namun juga slogan "Je Suis Juif", yang berati "Saya orang Yahudi", yang menunjukkan solidaritas terhadap umat Yahudi yang turut menjadi korban dalam serangan tersebut.

Meskipun demikian, Badan Yahudi untuk Israel melaporkan bahwa ratusan warga Perancis keturunan Yahudi menghadiri festival informasi di Paris untuk mencari tahu informasi terkait imigrasi ke Israel. Meskipun festival tersebut direncanakan sebelum serangan di Paris pekan lalu.

Saat ini, Perancis bukan hanya rumah bagi sebagian besar umat Muslim Eropa. Perancis menjadi rumah terbesar ketiga bagi umat Yahudi selain Israel dan Amerika Serikat. Terdapat sekitar setengah juta umat Yahudi yang tinggal di negara itu.

Serangan anti-semit

Direktur Komite Yahudi-Amerika untuk Perancis, Simone Rodan-Benzaquen mencatat, pada periode Januari hingga Juli 2014, terdapat sekitar 620 serangan anti-semit di Perancis. Jumlah ini meningkat 91 persen dari periode sebelumnya.

Seperti ditulis CNN, api kebencian terhadap umat Yahudi meningkat di dataran Eropa sebagai akibat dari operasi Israel di Jalur Gaza selama musim panas 2014. Lebih dari 2.100 warga Palestina, sebagian besar di antaranya warga sipil, tewas. Sementara, dari pihak Israel, sebanyak 67 tentara dan enam warga sipil tewas. 

Empat korban penyanderaan di swalayan Yahudi yang seluruhnya beragama Yahudi dimakamkan pada Selasa (13/1) di Yerusalem, bukan di Perancis.

Sebelum insiden penyanderaan di swalayan milik Yahudi Hyper Cacher, misalnya, serangan berbau anti-semit juga terjadi di Toulouse, Perancis, pada Maret 2012. Saat itu, seorang guru dan tiga siswa ditembak mati di sebuah sekolah Yahudi.

Seperti korban penyanderaan di Hyper Cacher, korban tewas dalam serangan di Toulouse juga dimakamkan di Israel. Menurut survei yang dilakukan oleh komunitas Yahudi di Perancis pada 2012, Konsistori Paris, sebanyak 40 persen warga Yahudi di Perancis memilih pemakaman di Israel.

Serentetan serangan di Paris, Perancis, pekan lalu memicu instruksi tiga hari berkabung, dengan bendera Perancis dikibarkan setengah tiang, yang ditutup dengan pawai damai pada Minggu (11/1). (Reuters/Philippe Wojazer)
"Jika warga Perancis keturunan Yahudi memutuskan untuk bermigrasi ke Israel, kami akan menerima dan merangkul mereka. Jika mereka memutuskan untuk tinggal di sini, kami akan terus memastikan mereka aman," kata pemimpin partai sayap kanan kontroversial Yahudi, Home Party di Israel, Naftali Bennett yang keturunan Perancis dalam pawai damai di Paris, Minggu (11/1).

Bukti Yahudi-Perancis pindah ke Israel dapat dilihat di Ashdod, sebuah wilayah di Israel, di mana bahasa Perancis lebih sering digunakan ketimbang bahasa Ibrani.

Sejumlah bangunan apartemen bertingkat tinggi yang tengah dibangun di Ashdod juga dibeli dari sejumlah pendatang dari Perancis.

Seorang wanita Perancis keturunan Yahudi yang hanya ingin diidentifikasi bernama Catherine tiba di kota ini dua pekan lalu, dan menyatakan teman-teman dan keluarganya akan segera menyusul.

"Pemerintah Perancis menahan kami agar tidak pergi, namun mereka tidak melakukan apa-apa yang dapat membuat kami tetap tinggal di sana," kata Catherine, dikutip dari CNN.

Masih Betah di Perancis

Meskipun demikian, sejumlah warga Perancis-Yahudi masih tetap ingin berada di Perancis.

"Beberapa orang ingin pergi, itu pilihan mereka. Tapi mayoritas orang Yahudi di Perancis mencintai negeri ini, dan mereka ingin tinggal di sini, kata Noam Meghira, Wakil Ketua Persatuan Siswa Yahudi-Perancis, dikutip dari CNN.

Perdana Menteri Perancis Manuel Valls mengatakan afiliasi CNN, BFMTV, bahwa dia telah menginstruksikan sekitar 4.700 petugas kepolisian mengamankan 717 sekolah Yahudi, ketika pawai damai berlangsung.

"Revolusi Perancis pada tahun 1789 menyatakan warga Perancis-Yahudi sebagai warga negara Perancis," kata Valls.

Sementara, Rodan-Benzaquen menunggu pemerintah Perancis untuk berbuat lebih agar warga keturunan Yahudi dapat merasa lebih aman di Perancis.

"Saya lebih khawatir tentang pikiran warga Perancis seluruhnya yang mempertanyakan apakah umat Yahudi punya masa depan di negara ini," kata Rodan-Benzaquen.

(sumber:CNN)
(ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER