Paris, CNN Indonesia -- Presiden Perancis Francois Hollande meyakinkan warga Yahudi-Perancis bahwa negaranya aman. Pernyataan ini seiring dengan komentar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyarankan umat Yahudi di Perancis dan negara Eropa lainnya untuk pindah ke Israel akibat sentimen anti-Semit yang meningkat.
"Tempat kalian, warga Perancis beragama Yahudi, adalah di sini. Perancis adalah rumah kalian," kata Hollande dalam pidatonya pada peringatan 70 tahun pembebasan kamp Auschwitz, dikutip dari Reuters, Selasa (27/1).
Pernyatan ini dilontarkan Hollande menyusul serangkaian serangan selama tiga hari pada awal Januari lalu. Salah satu serangan diluncurkan di swalayan Yahudi, Hyper Cacher, menewaskan empat orang. Serangan ini dinilai menargetkan orang Yahudi dan terkait dengan sentimen anti-Semit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berpidato pada peringatan Paris Shoah untuk mengingat umat Yahudi-Perancis yang meninggal di kamp Auschwitz dan tempat lainnya selama Perang Dunia II, Hollande menegaskan Perancis akan tetap menjadi rumah bagi penduduk Yahudi.
"Saya ingin mengatakan bahwa Perancis akan melindungi semua warganya dan tidak akan mentolerir penghinaan, serangan dan penodaan," kata Hollande.
Perancis memiliki komunitas terbesar Yahudi di Eropa, yaitu sekitar 550 ribu penduduk. Angka ini adalah dua kali lipat dari jumlah penduduk Yahudi di Perancis semenjak Perang Dunia II usai.
Meskipun demikian, Dewan Perwakilan Lembaga Yahudi Perancis, CRIF, menyatakan bahwa sentimen anti-Semit di Perancis meningkat dua kali lipat dari tahun lalu menjadi 851 kasus, dengan 241 di antaranya adalah kasus kekerasan.
Sementara, sekitar 7.000 umat Yahudi meninggalkan Perancis dan berimigrasi ke Israel pada tahun lalu. Angka ini dua kali lebih banyak dari total imigrasi umat Yahudi ke Israel dari Perancis pada 2013 lalu, dan bahkan sejak Israel berdiri pada tahun 1948 silam.
Pada tahun 2012, tercatat 3.300 warga Perancis keturunan Yahudi pindah ke Israel, meningkat 73 persen dari angka imigrasi Yahudi-Perancis pada 2012.
Pada tahun 2004, mantan perdana menteri Israel Ariel Sharon menyerukan warga Paris keturunan Yahudi untuk bermukim di Israel, dengan menyatakan "anti-Semit di Perancis adalah yang paling liar".
Pernyataan tersebut setali tiga uang dengan pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berpartisipasi dalam pawai di Paris setelah serangan di kantor majalah satire Charlie Hebdo.
"Setiap orang Yahudi yang ingin berimigrasi ke Israel akan diterima dengan tangan terbuka," kata Netanyahu saat itu.
Selain sentimen anti-Semit, sejumlah serangan anti-Muslim juga tercatat di Perancis, khususnya setelah serangan tiga hari di Paris. Terdapat sekitar 120 tindakan dan ancaman anti-Muslim selama 12 hari setelah serangan di kantor Charlie Hebdo pada 7 Januari lalu.
Padahal, menurut dewan organisasi Muslim, CFCM, tindakan anti-Muslim dan ancaman di Perancis menurun pada tahun 2014, dari 226 kasus menjadi 133 kasus.
Selain rumah terbesar di Eropa bagi umat Yahudi, Perancis juga merupakan negara Eropa dengan penduduk Muslim terbesar, yaitu mencapai lima juta jiwa.
(ama)