Manila, CNN Indonesia -- Menteri Dalam Negeri Filipina, Manuel Roxas, menyatakan terdapat kemungkinan besar bahwa Zulkifli bin Hir, anggota militan asal Malaysia yang diduga terkait dengan serangan bom Bali tahun 2002 silam, tewas dalam operasi polisi Filipina, Minggu (25/1).
Operasi kepolisian di daerah pedalaman Mamasapano, Filipina Selatan, menargetkan Zulkifli yang tengah buron dan dihargai sekitar US$5 juta, atau setara dengan Rp62 triliun bagi siapapun yang dapat menangkapnya.
Operasi tersebut berubah menjadi pertempuran antara polisi dengan militan Pejuang Kebebasan Islami Bangsamoro, atau BIFF. Sebanyak 44 petugas kepolisian tewas, sementara 12 lainnya terluka dalam operasi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Roxas menyatakan sebanyak 392 anggota kepolisian khusus dikirim ke Mamasapano untuk menangkap beberapa anggota militan terkenal, termasuk Zulkifli, yang juga dikenal dengan nama lainnya, Marwan.
"Ada kemungkinan tinggi bahwa Marwan tewas dalam operasi tersebut, tapi informasi ini masih perlu dikonfirmasi," kata Roxas dalam konferensi pers, dikutip dari The Star, Selasa (27/1).
Meskipun kepolisian gagal untuk mengevakuasi jenazah militan yang menjadi target utama, polisi menyatakan mereka memiliki gambar dan foto yang dapat membantu menentukan apakah Marwan termasuk dalam salah satu korban tewas.
"Saya secara pribadi melihat beberapa foto, tapi tidak tahu apakah ada Marwan dalam foto tersebut," kata Roxas.
Sementara, seorang pejabat polisi Malaysia bidang kontra-terorisme mengatakan kepada surat kabar Melayu Mail bahwa Kuala Lumpur masih menunggu informasi dari pihak berwenang Filipina terkait konfirmasi tewasnya Zulkifli.
Zulkifli merupakan salah satu anggota militan yang paling dicari di Amerika Serikat. Dia diduga pembuat bom untuk kelompok Jemaah Islamiyah yang meluncurkan bom di Bali pada tahun 2002. Sebanyak 202 orang tewas dalam serangan tersebut.
Zulkifli juga diduga terkait dengan serangkaian serangan berdarah di Asia Tenggara.
Zulkifli juga telah lama dicari oleh pihak berwenang Filipina. Sebelumnya, pemerintah Filipina pernah memberitakan kematian Zulkifli pada tahun 2012 lalu karena serangan udara.
Pemerintah Filipina mencurigai beberapa pelaku bom Bali melarikan diri ke Filipina Selatan dan mencari perlindungan pemberontak Muslim dengan melancarkan kampanye bersenjata terhadap pemerintah Manila.
Pemerintah Filipina juga mengatakan militan asing melatih kelompok pemberontak Filipina dalam pembuatan bom rakitan yang digunakan dalam sejumlah serangan bom di Filipina.
Menurut Roxas, polisi Filipina meninggalkan daerah tempat operasi ketika mereka disergap oleh BIFF, salah satu kelompok militan yang diduga melindungi Zulkifli.
Polisi berhasil lolos dari serangan tersebut, namun memasuki wilayah yang dikuasai oleh Front Pembebasan Islam Moro, atau MILF, dan memicu baku tembak.
Padahal, anggota MILF yang beranggotakan 10 ribu orang, telah bersepakat dengan pemerintah untuk melakukan gencatan senjata sejak Maret tahun lalu.
Namun BIFF, kelompok militan pecahan dari MILF, menolak bersepakat dengan pemerintah.
Presiden Benigno Aquino telah memerintahkan penyelidikan atas insiden tersebut, yang dikhawatirkan dalam mengakhiri kesepakatan antara pemerintah dengan MILF>
MILF menyatakan, operasi polisi tersebut tidak dikoordinasikan dengan MILF sebelumnya, seperti yang disyaratkan dalam perjanjian gencatan senjata.
(ama)