Badai Salju, Banjir Hancurkan Kota di Massachusetts

Hanna Azarya Samosir/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 29 Jan 2015 16:06 WIB
Kota Marshfield dipenuhi perangkap lobster, penyangga kabel listrik tumbang dan reruntuhan rumah karena badai salju.
Banjir dan badai salju membawa perangkap lobster hingga ke depan rumah warga. (Reuters/Brian Snyder)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ocean Street di Kota Marshfield, Massachusetts, dipenuhi perangkap lobster, penyangga kabel listrik tumbang, dan reruntuhan rumah yang berserakan setelah badai salju menerjang New England, Amerika Serikat.

Setidaknya salju setebal 30 sentimeter menyelimuti sebagian besar area Boston. Ocean Street kini dilanda banjir akibat luapan air laut. Sekitar dua belas rumah rusak parah.

"Area ini memang biasanya banjir, tapi kami belum pernah melihat bencana seperti ini sejak badai salju pada 1978. Masalahnya adalah gelombang stabil, rumah-rumah tidak dapat bertahan," ujar penata kota Greg Guimond seperti dikutip Reuters (28/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jutaan orang di Massachusetts, Connecticut, Rhode Island, dan New York mencari cara untuk keluar dari badai yang menjatuhkan salju hingga 90 sentimeter pada Rabu (28/1).

Akibatnya, roda kegiatan terhenti. Fasilitas-fasilitas umum ditutup.

Setelah dua hari, kehidupan kembali normal ketika sistem transit dan bandar udara kembali beroperasi. Larangan bepergian pun dicabut.

Harus dengan alat berat
Angin kencang dan badai salju membobol pembatas laut. (Reuters/Brian Snyder)

Namun, bagi warga yang tinggal di kota tepi laut seperti Marshfield, keadaan tidak banyak berubah. Masih banyak rumah tanpa aliran listrik dan diselimuti salju. Warga yang bertahan di tengah badai mengandalkan perapian agar tetap hangat.

Jauh dari pantai, Gubernur Charlie Baker bertemu dengan para pejabat di Scituate. Dalam pertemuan itu, Baker melaporkan kerusakan yang diakibatkan badai. Ia menjabarkan masalah jalan yang terblokir akibat percampuran salju dan puing yang terbawa air.

Untuk menanggulangi masalah tersebut, Baker mengatakan dapat meminta alat berat negara untuk datang dan membantu proses pembersihan di area tersebut.

"Ada banyak salju dan aktivitas di sini sangat berhubungan dengan badai itu karena sumber dan aset mereka sangat hancur," ungkap Baker.

Tim Mannix, seorang warga yang rumahnya tenggelam akibat banjir, menatap alat berat yang digunakan untuk membersihkan puing-puing dari depan bangunan.

Wajahnya penuh dengan luka dan garis bekas jahitan melintang di atas hidungnya. Gelombang air ternyata mendorong pintu geser dan melukai dirinya.

"Untungnya itu hanya badai yang bergerak cepat, hanya sekali sapuan. Bayangkan bagaimana jadinya jika (badai) itu berputar lebih lama," ujar nelayan berusia 58 tahun itu.

Semakin buruk
Menurut warga, badai salju makin memburuh tiap tahun. (Reuters/Brian Snyder)

Sambil memantau kerusakan di Marshfield bersama anjingnya, Donny Boormeester mengatakan, badai itu adalah yang terburuk sejak ia pindah ke kota itu pada 1969.

"Tiap tahun, badai semakin buruk dan semakin buruk. Air semakin dekat dengan rumah-rumah," tutur Boormeester.

Ia kembali berkisah dan mengatakan bahwa jalan-jalan di dekat rumahnya memang biasa terendam dua kali setahun belakangan ini.

"Dulu itu merupakan hal baru," katanya.

Naiknya intensitas banjir memang merupakan masalah yang timbul tenggelam di perbatasan laut New England. Menurut Direktur Pusat Penelitian Perubahan Iklim dari Universitas New Hampshire, Cameron Wake, keadaan itu diperburuk dengan naiknya air laut.

"Tempat-tempat yang biasanya tidak terkena banjir sekarang ikut terkena banjir dan penyebabnya bukan karena kami belum pernah mengalami badai atau Noreaster di masa lalu. Alasannya karena level laut meningkat sehingga untuk menghadapi badai kami telah membuat pijakan laut tambahan di atasnya. Itu tidak memberikan dampak besar sampai akhirnya kami menghadapi badai besar dan melihat sistem-sistem yang sebelumnya tidak pernah gagal, sekarang gagal," papar Wake.

Marshfield kini tengah mencari cara lain untuk melindungi rumah-rumah dari banjir, termasuk meminta bantuan Badan Federal Manajemen Keadaan Darurat (FEMA) untuk menaikkan rumah ke atas batas potensi banjir.

"Kami sudah mengadakan rapat dengan FEMA pada Kamis terkait hibah elevasi," ujar Guimond.

Cuaca buruk ini menewaskan setidaknya dua orang. Satu remaja tewas tergulung salju di New York pada Senin. Sehari setelahnya, seorang pria 80 tahun pingsan dan meninggal saat menyekop salju di Trumbull, Connecticut. (stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER