Bela Penyerang Charlie Hebdo, Anak 8 Tahun Dibawa ke Polisi

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 29 Jan 2015 16:59 WIB
Anak delapan tahun itu mengatakan ia berada di pihak teroris karena menentang karikatur Nabi dan sekolah memutuskan untuk menghubungi polsi.
Anak itu menolak melakukan aksi hening di sekolah karena menentang kartun Nabi. (Reuters/Francois Lenoir)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang anak berusia delapan tahun, Ahmed, ditanyai pihak kepolisian Perancis lantaran ia menunjukkan solidaritas terhadap pelaku penembakan di kantor majalah satire Charlie Hebdo pada 7 Januari lalu.

Diberitakan RT pada Kamis (29/1), Ahmed menolak berpartisipasi dalam aksi hening selama satu menit di sekolahnya untuk mengenang rentetan teror yang akhirnya menewaskan 17 orang di Paris. Melihat sikap Ahmed, pihak sekolah merasa khawatir dan akhirnya melapor ke pihak kepolisian.

"Dalam konteks sekarang, kepala sekolah memutuskan untuk melaporkan kepada polisi apa yang terjadi. Kami menanyakan kepada anak itu dan ayahnya untuk mencoba mengerti bagaimana seorang anak delapan tahun bisa memiliki pemikiran radikal seperti itu. Namun, anak itu tidak mengerti apa yang ia katakan," papar Kepala Keamanan Publik Kota Nice, Perancis, Marcel Authier.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika ditanya bagaimana tanggapannya terhadap penyerangan di kantor Charlie Hebdo, Ahmed melontarkan jawaban yang cukup mengejutkan.

"Ia menjawab, 'Saya berada di pihak teroris karena saya menentang karikatur nabi’,” tutur pengacara Ahmed, Sefen Guez Guez, kepada televisi Perancis, BFMTV seperti dikutip RT.

Namun, ketika ditanya mengenai terorisme, Ahmed mengaku tidak tahu.

Memberikan pembelaan, Guez kembali berkata, "Kantor polisi jelas bukan tempat bagi anak berusia delapan tahun."

Melalui sebuah kicauan dari akun Twitter pribadinya, Guez juga meluruskan beberapa hal.

"Anak ini membantah mengatakan, "Mati untuk Perancis.' Ia hanya mengaku mengatakan, "Saya di pihak teroris.'" kicau Guez.

Organisasi Collective Against Islamophobia in France (CCIF) juga akhirnya memberikan komentar mengenai kejadian ini melalui sebuah pernyataan.

"Ayah dan anak itu sangat terkejut dengan perlakuan ini, yang menunjukkan histeria kolektif yang telah melingkupi Perancis sejak awal Januari," demikian bunyi pernyataan CCIF.

Sejak serangan teroris pertama terjadi pada 7 Januari, setidaknya 17 nyawa melayang di Perancis. Sebanyak 12 orang tewas dalam gempuran di kantor majalah satire Charlie Hebdo, seorang polwan meninggal dalam penembakan terpisah sehari setelahnya, dan empat lainnya dibunuh dalam penyanderaan di swalayan Yahudi. Tiga tersangka teror terbunuh dalam operasi polisi. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER