Kenji Goto, Wartawan Perang yang Cinta Damai

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Minggu, 01 Feb 2015 12:06 WIB
Goto tertangkap di Suriah setelah mencoba membebaskan kawannya, Yukawa, dari tangan ISIS. Goto tewas dipenggal setelah Jepang menolak bayar tebusan.
Goto tertangkap di Suriah setelah mencoba membebaskan kawannya, Yukawa, dari tangan ISIS. Goto tewas dipenggal setelah Jepang menolak bayar tebusan. (Reuters))
Tokyo, CNN Indonesia -- Kenji Goto tewas di tangan ISIS setelah disandera bersama seorang warga Jepang lainnya, Haruna Yukawa. Goto dikenal sebagai jurnalis lepas yang pemberani, kerap mengunjungi medan perang dan menggarap tulisan soal penderitaan warga di daerah konflik.

Goto tertangkap di Suriah setelah mencoba membebaskan kawannya, Yukawa, seorang konsultan militer swasta, dari tangan ISIS. Sabtu (31/1), ISIS merilis video pemenggalan Goto setelah sebelumnya Yukawa tewas dengan cara yang sama setelah pemerintah Jepang menolak membayar tebusan.

Ibunda Goto, Junko Ishido, dengan terisak pekan lalu memohon kepada ISIS untuk tidak membunuh putranya. Junko mengatakan bahwa Goto bukanlah musuh ISIS, hanyalah wartawan pecinta damai yang mencoba membantu menciptakan dunia tanpa perang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya menangis karena berduka, saya tidak mendapatkan kata-kata lainnya. Tapi saya tidak ingin duka ini menciptakan gelombang kebencian," kata Junko, dikutip NHK, setelah mengetahui putranya meninggal.

Di mata Henry Trick, kepala biro The Economist di Meksiko, Amerika Tengah dan Karibia, Goto adalah wartawan yang bernyali besar, namun seorang yang berhati lembut dan penyayang. Tahun 2010, Goto adalah tetangganya saat Trick menjadi kepala biro The Economist di Tokyo.

"Dia adalah ayah yang penyayang, yang memiliki tiga anak. Sulit untuk melupakan pria yang bersuara lembut, sopan, yang sempat pucat di arena bowling karena suara bolanya mengingatkannya pada bom yang dijatuhkan di Irak," kata Trick dalam tulisannya di situs Komite untuk Perlindungan Jurnalis, CPJ.

Pada tahun 1996, Goto mendirikan medianya sendiri Independent Press. Dia juga menjadi wartawan lepas yang melaporkan dari wilayah konflik untuk stasiun berita NHK dan Asahi.

Salah satu liputannya adalah laporan soal keadaan pengungsi Suriah di Turki kepada NHK tahun 2012, dan laporan keadaan Aleppo pada Mei 2014 untuk TV Asahi.

Menurut Trick, sejak membentuk medianya sendiri, Goto sudah meliput banyak wilayah konflik, seperti Chechnya, Albania, Kosovo, Sierra Leone, Liberia, Afghanistan, Irak dan Suriah. Dengan biaya sendiri, Goto memberikan liputan yang kebanyakan media Jepang enggan mengirimkan reporternya karena terlalu berbahaya.

Goto menyatakan bertanggung jawab sepenuhnya atas keamanannya sendiri sehingga stasiun televisi tidak usah khawatir disalahkan. Tidak jarang, pria 47 tahun ini harus melihat dengan mata kepala sendiri kengerian di medan perang.

"Di Liberia, seperti dikisahkan kawannya, Goto mengaku melihat ratusan mayat dibuldozer ke dalam kuburan seukuran kolam renang. Di Irak, dia mengatakan tentara menodongkan pistol ke kepalanya," kata Trick.

Goto masuk agama Kristen tahun 1997 dan menjadi sangat relijius. Tidak seperti wartawan perang lainnya yang meliput soal siapa yang menang dan kalah, ujar Trick, Goto menulis dari sisi kemanusiaan, bercerita soal kehidupan masyarakat di tengah konflik, terutama anak-anak.

Tahun 2003, dia menerbitkan buku dan DVD yang ditayangkan di NHK berjudul, Selamat Datang ke Sekolah Kami, menampilkan anak-anak di banyak negara, termasuk Irak dan Afganistan yang memperkenalkan sekolah mereka di wilayah konflik. Dia juga menulis buku soal AIDS, tentara anak di Sierra Leone, genosida di Rwanda dan sekolah perempuan di Afghanistan.

Liputannya ini membuka mata warga di Jepang soal penderitaan di belahan dunia lainnya. Goto pernah mengatakan, anak-anak di Jepang harus bersyukur karena bisa bersekolah dengan tenang.

"Ketabahan anak-anak ini yang menginspirasinya, kata dia. Jika kau bertanya bagaimana dia mencapai daerah paling berbahaya yang diliputnya, dia mengatakan hanya mengikuti jejak kaki masyarakat biasa yang menjalankan hidup mereka," tutur Trick. (den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER