Caracas, CNN Indonesia -- Pihak berwenang Venezuela memenjarakan pemilik satu jaringan pertokoan dengan tuduhan merekayasa antrian untuk memicu kemarahan pada pemerintah sosialis negara itu.
Presiden Nicolas Maduro mengatakan pada Minggu (1/2) bahwa elit bisnis melancarkan “perang ekonomi’ untuk menjatuhkan pemerintahnya.
“Kemarin, kami menemukan bahwa satu jaringan pertokoan terkenal melakukan konspirasi, untuk membuat rakayat marah,” ujar Maduro di depan pendukungnya yang memakai baju merah, serta tentara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami datang, kami menormalkan perdaganga, kami memanggil pemilik pertokoan itu, kami menangkap mereka, dan mereka menjadi tahanan karena memanas-manasi rakyat,” ujarnya.
Maduro mengatakan jaringan pertokoan itu dengan sengaja mengurangi jumlah kasir agar terjadi antrian, dan menyebut strategi itu satu “taktik gerilya”.
Venezuela mengalami kekurangan bahan pangan dasar seperti tepung, ayam dan popok, dan hal ini memicu antrian panjang yang terkadang mencapai beberapa blok bangunan.
Sebagian besar pakar ekonomi menuduh kelangkaan pangan ini pada kendali mata uang yang membatasi penggunaan dolar Amerika untuk impor, dan juga penurunan produksi dalam negeri.
Pihak aparat mengajukan jaringan apotik Farmatodo ke pengadilan karena tidak menyediakan jumlah kasir yang cukup. Para petinggi perusahaan ini telah ditanyai.
Sebelumnya, pemerintah Venezuela telah memenjarakan pengusaha karena menaikkan harga, dan melancarkan sejumlah langkah yang dirancang untuk mengatasai barang-barang yang diselundupkan dari Kolombia.
“Mereka yang memanfaatkan toko milik mereka untuk membuat rakyat menderita akan dipenjara,” ujar Presiden Maduro.
Para pengkritik mengatakan aksi terhadap pengusaha ini berisiko membuat barang kebutuhan semakin langkah, dan membuat investor ragu masuk ke negara itu.
Para pengkritik juga menyayangkan Maduro karena tidak melakukan perubahan struktural untuk mengatasi resesi yang terjadi, inflasi di atas 60 persen dan situasi keuangan yang rentan.
Maduro, yang memenangkan pemilu untuk menggantikan mentornya Hugo Chavez, pada 2013, mengatakan bahwa diam-diam dia berkeliling Caracas pada Sabtu (31/1) untuk melihat sendiri situasi di toko-toko.