AS Menimbang untuk Persenjatai Pasukan Ukraina

Ike Agestu/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 02 Feb 2015 07:34 WIB
Konflik Ukraina masih berkecamuk, perundingan damai gagal dan kini AS sedang menimbang untuk memberikan dukungan senjata dan peralatan perang pasukan Ukraina.
Pada Minggu (1/2), pasukan separatis dilaporkan menggunakan artileri untuk mengusir pasukan pemerintah. (Reuters/Alexander Ermochenko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Amerika Serikat sedang mempertimbangkan untuk memberikan senjata dan peralatan kepada pasukan Ukraina guna menghadapi pemberontak di timur negara itu.

Laporan dari New York Times pada Minggu (1/2) mengutip pejabat AS yang mengatakan Menteri Luar Negeri John Kerry sedang menimbang untuk mendukung komandan NATO Philip Breedlove mempersenjatai Ukraina.

Seorang pejabat yang dikutip mengatakan bahwa penasehat keamanan nasional AS, Susan Rice, di lain pihak, juga mempersiapkan kembali penolakannya untuk memberikan bantuan semacam itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kerry akan mengunjungi Kiev pada Kamis mendatang untuk berbicara dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko dan pejabat lainnya.

Obama menyuarakan keprihatinan minggu lalu terkait konflik antara pasukan pemerinta dan separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur dan mengatakan AS sedang mempertimbangkan semua opsi singkat aksi militer untuk mengisolasi Rusia.

The Times mengatakan delapan mantan pejabat senior AS akan mengeluarkan laporan independen pada Senin (2/2) mendesak Washington untuk mengirim senjata dan peralatan pertahanan senilai US$3 miliar ke Ukraina, termasuk rudal anti-baja dan drone pengintai.

Pertempuran berkecamuk di Ukraina timur pada Minggu (1/2). Separatis pro-Rusia menggunakan tembakan artileri untuk mencoba mengusir pasukan pemerintah setelah perundingan perdamaian gagal.

NATO dan Kiev menuduh Rusia mengirim ribuan tentara untuk mendukung kemajuan pemberontak dengan senjata berat dan tank.

Sementara Moskow membantah terlibat langsung dalam pertempuran atas wilayah yang Kremlin sebut sebagai "Rusia Baru”.

Menteri luar negeri Uni Eropa sepakat pada Kamis (29/1) untuk memperpanjang sanksi ekonomi terhadap Rusia selama enam bulan yang sedianya akan segera berakhir. (stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER