Israel: UNIFIL Tak Terapkan Resoulusi PBB di Libanon

Reuters | CNN Indonesia
Senin, 02 Feb 2015 10:34 WIB
Perdana Menteri Israel mengatakan pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, gagal menerapkan resolusi PBB yang melarang penyelundupuan senjata di Libanon.
Perdana Menteri Israel menuduh Iran memperluas perang melawan Israel di Timur Tengah, dan PBB tidak melaksanakan resolusi di Libanon. (Reuters/Ammar Awad)
Yerusalem, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh pasukan penjaga perdamaian PBB gagal melaksanakan resolusi yang melarang gerilyawan Hezbollah menyelundupkan senjata ke Libanon.

Dalam satu pembicaraan lewat sambungan telepon dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon, Netanyahu menuduh Iran yang merupakan pendukung utama Hezbollah, bertanggungjawab atas bentrokan pada Rabu (28/1) yang menewaskan dua tentara Israel dan seorang penjaga perdamaian PBB dari Spanyol.

Bentrokan di perbatasan Israel-Libanon ini merupakan insiden terburuk sejak peranga 2006.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pembicaraan ini, Netanyahu menuduh Iran mencoba memperbesar konflik dengan Israel, dan mengeluh bahwa “hingga sekarang masyarakat dunia tidak pernah menunjuk Iran sebagai pelaku, padahal negara itu berada di balik serangan di perbatasan tersebut,”

Netanyahu mengatakan resolusi PBB yang mengakhiri perang selama 34 hari ini “tidak diterapkan,” dan para penjaga perdamaian PBB yang dikenal dengan nama Pasukan Sementara PBB di Libanon, UNIFIL, “tidak melaporkan penyelundupan senjata ke Libanon selatan.”

Dalam tembak-menembak itu, tentara Israel dan tentara Spanyol tewas ketika gerilyawan Hezbollah meluncurkan roket ke kendaraan Israel di perbatasan, dan Israel pun membalas dengan serangan artileri dan serangan duara.

Netanyahu mengungkapkan “perasaan sedih” atas korban dari Spanyol dan menegaskan sepakat dengan negara itu untuk menyelidiki insiden tersebut.

UNIFIL dikerahkan di Libanon selatan sejak aksi penyerangan Israel pada 1978, yang diakhiri dengan satu kesepakatan.

Serangan Hezbollah ini dipandang sebagai balasan atas operasi penggerebekan pada 18 Januari yang menewakan beberapa anggota kelompok itu dan seorang jenderal Iran di Suriah selatan.

Insiden di perbatasan ini memicu kekhawatiran akan terjadi peningkatan konflik, karena Israel kini tidak hanya jeri dengan pengerahan Hezbollah di Libanon tetapi juga di garis depan Suriah.

Kelompok gerilya ini membantu Presiden Suriah Hafez Assad mengatasi perang saudara di negara itu.

Meski terjadi kekerasan ini, Israel dan Hezbollah telah mengisyaratkan bahwa mereka tidak berencana meningkatkan ketegangan, dan situasi di perbatasan kedua wilayah tenang dalam empat hari terakhir meski penjagaan ditingkatkan.

Ketua Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan dalam pidato pada Jumat (30/1) “kami tidak ingin perang” tetapi tetap siap siaga untuk membalas setiap aksi kekerasan Israel. (yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER