Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Bandara Kairo memperketat keamanan setelah menemukan dua bom di dekat terminal kedatangan. Dalam peristiwa yang berbeda di pusat Kairo, sebuah bom rakitan juga meledak pada Selasa (3/2), kata para pejabat keamanan.
Reuters melansir target dari ledakan di pusat kota Kairo yang ramai itu belum jelas. Dua orang dilaporkan menderita luka ringan akibat ledakan ini.
Sementara itu, bom di bandara terdeteksi oleh perangkat elektronik pada Selasa pagi. Pejabat keamanan bandara saat ini sedang meneliti rekaman video di bandara untuk mencari tahu pelaku yang menanam bom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Militan Islam yang berusaha menggulingkan pemerintah telah melakukan sejumlah serangan bom terhadap tentara dan polisi sejak militer dibawah Presiden saay ini, Abdel Fattah el-Sisi, menggulingkan Presiden Mohamed Mursi dari Ikhwanul Muslimin pada Juli 2013.
Pekan lalu, afiliasi ISIS di Mesir mengaku bertanggung jawab atas serangan di Semenanjung Sinai yang menewaskan lebih dari 30 personel keamanan.
Mesir telah berusaha menciptakan imej poltik yang positif dan stabil menjelang konferensi investasi di resor Sharm el-Sheikh di Maret mendatang. Pemerintah berharap konferensi ini akan mendatangkan investasi bernilai miliaran dolar.
Sebagian besar serangan terhadap pasukan keamanan terjadi di Sinai, yang berbatasan dengan Israel dan Jalur Gaza, namun pemberontakan juga telah menyebar ke bagian lain dari Mesir.
Aksi kekerasan sepanjang tahunSepanjang tahun lalu, polisi sering menemukan bom rakitan yang ditanam di dekat kendaraan mereka dan di tempat-tempat umum di Kairo.
Kekacauan politik dan kekerasan militan setelah revolusi 2011 yang menggulingkan otokrat Hosni Mubarak telah memukul sektor pariwisata Mesir, yang menjadi salah satu penopang perekonomian negara itu.
Presiden Abdel Fattah al-Sisi, yang saat menggulingkan Mursi menjabat sebagai panglima militer, meluncurkan operasi keamanan dan membelenggu serta melarang aktivitas Ikhwanul Muslimin segera setelah ia menjabat sebagai presiden.
Pengadilan Mesir memvonis mati 183 pendukung Ikhwanul Muslimin pada Senin (2/2) atas gugatan pembunuhan polisi dua tahun lalu. Vonis ini dijatuhkan sebagai upaya pemerintah Mesir memberangus kelompok Islam garis keras.
Sebelumnya, Sputnik juga melansir berita bahwa televisi organisasi Ikhwanul Muslimin mengeluarkan pernyataan bahwa kelompok itu menyerukan warga asing, perusahaan asing, kedutaan besar serta konsulat untuk angkat kaki dari Mesir paling lambat 11 Februari atau mereka akan melakukan aksi kekerasan.
(stu)