Bangkok, CNN Indonesia -- Kelompok pegiat kehidupan liar meminta Tiongkok untuk mengurangi perburuan bagian tubuh harimau. Hal ini disampaikan langsung dalam konferensi anti-perburuan hewan liar di Kathmandu, India, pada Selasa (3/2).
Seperti dilansir Reuters pada Selasa (3/2), dahulu ribuan harimau menguasai hutan di Asia Tenggara dan Asia Selatan, namun populasi mereka kian lama kian terpangkas hingga sekarang hanya berjumlah sekitar tiga ribu ekor.
Para ahli mengatakan bahwa perburuan liar di Asia dipicu oleh budaya yang dipegan teguh oleh orang Tiongkok. Mereka kerap memburu bagian tubuh harimau untuk dijadikan ramuan obat, bahkan menjadi simbol gengsi status sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada kebudayan di antara orang-orang kaya di Tiongkok (untuk memiliki bagian tubuh harimau)," ujar Michael Baltzer, Ketua Inisiatif Kehidupan Harimau, dari kelompok pemerhati flora dan fauna WWF, seperti dikutip dari Reuters.
Perkataan Baltzer tersebut merujuk kepada warga Tiongkok yang memakai bulu harimau sebagai bahan karpet. Terlebih lagi, bagi mereka yang memenggal kepala harimau untuk dijadikan dekorasi di ruang bersantai.
Membeludaknya permintaan bagian tubuh harimau inilah yang memicu pertumbuhan perburuan liar.
"Pemburuan harimau di Tiongkok distimulasi oleh permintaan bagian tubuh harimau yang tinggi," ungkap Debbie Banks, Kepala Kampanye Harimau dari Badan Investigasi Lingkungan yang berbasis di Inggris.
Jumlah perburuan liar pun kian meningkat. Menurut Direktur Program Asia dari TRAFFIC, James Compton, sekitar 1.000 harimau dibunuh akibat perburuan liar dalam satu tahun. Diperkirakan angka perburuan liar yang sebenarnya lebih besar dari itu.
Menurut anggota kelompok konservator WWF Nepal, Anil Manandhar, harimau akan tetap diburu selama masih ada permintaan.
"Tujuan kami bukan hanya memberantas perburuan, tapi juga menghentikan permintaan bagian tubuh hewan liar," ucapnya.
Nepal menjadi tuan rumah konferensi anti-perburuan liar yang dihadiri oleh delegasi dari 13 negara. Mereka bersinergi untuk memerangi perburuan liar di Asia.
Dalam konferensi tersebut, India dan Nepal diapresiasi atas upayanya dalam meningkatkan populasi harimau dan memangkas perburuan liar.
Populasi harimau di India meningkat sekitar 2.200 ekor dalam empat tahun terakhir. Sementara Nepal berhasil meningkatkan populasi harimau hingga 64 persen dalam lima tahun terakhir.
"Ini bisa terjadi karena keikutsertaan komunitas lokal dalam konservasi. Lima puluh persen keuntungan yang didapat dari taman nasional diserahkan kepada komunitas lokal agar mereka terlibat dalam gerakan anti-perburuan liar," tutur Tulsi Sharma, perwakilan Departemen Konservasi Taman Nasional dan Alam Liar.
(ama)