Jakarta, CNN Indonesia -- Dua hari setelah pembakaran pilot Yordania Mouath sl-Kasaesbeh oleh kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), liga Timur Tengah melakukan serangan dengan pasukan udara dengan target markas ISIS, sebagai tindak lanjut "Pembalasan Dahsyat" yang dijanjikan Kerajaan Yordania.
Jet tempur Yordania kembali dari misi mereka dan terbang diatas rumah al-Kasaesbeh, di Provinsi Karak. Raja Abdullah II memberikan belasungkawa dengan menunjukan jet tempur tepat diatas kepala keluarga yang sangat bersedih sebagai bukti Yordania tidak akan tinggal diam atas kelakuan ISIS.
Ayah sang martir al-Kasaesbeh, Safi al-Kasaesbeh, kepada CNN mengatakan Raja Yordania berjanji kepadanya bahwa mereka akan membombardir ISIS secara de facto tepat di jantung Raqqa, Syria. Selasa (3/2), Safi mengatakan jika Raja Yordania secara langsung menugaskan 30 pilot tempur yang ikut serta dalam serangan ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Video yang keluar pada Selasa lalu saat al-Kasaesbeh di eksekusi--yang mana Yordania percaya eksekusi itu telah dilakukan pada sebulan yang lalu.
Juru Bicara Kerajaan Mohammed al-Momani mengatakan kepada CNN bahwa Yordania merespon pembunuhan atas al-Kasaesbeh dengan sangat kuat dan tegar.
"Kami tidak akan membiarkan kejahatan ini membunuh pilot kami dengan cara yang mengerikan dan berlalu tanpa hukuman. Orang-orang ini akan dihukum."
Respon Militer Yang BerkelanjutanSerangan udara sejak Selasa dilanjutkan dengan eksekusi mati dua tawanan ISIS dianggap belum cukup untuk memberikan perlawan kepada para barbar, dikatakan ayah al-Kasaesbeh.
"Mereka adalah para kriminal dan tidak ada hubungannya dengan Mouath. Darahnya lebih berharga ketimbag Sajida al-Rishawi dan Ziad Karbouli yang dieksekusi mati. Saya ingin ISIS dimusnahkan," kata Safi.
Sangat sulit kemudian apa yang akan dilakukan Yordania setelah serangan militer sejak Selasa.
Purnawirawan Major Jenderal James "Spider" Marks, analis militer CNN mengatakan, sangat penting bukan hanya satu serangan tapi keinginan kuat yang terkoordinasi dipadukan dengan koalisi militer yang handal.
"Ini jangan jadi ajang balas dendam, tidak bisa menjadi serangan tajam saat emisi mereka bawa dan tidak terkontrol. Serangan agresif dilakukan tanpa henti dengan emosi yang objektif dan terkontrol," paparnya.
(pit/pit)