Taipei, CNN Indonesia -- Pilot pesawat TransAsia yang jatuh di Taipei, Taiwan, masih memegang tongkat kemudi atau
joystick saat tubuhnya ditemukan. Pilot itu dianggap pahlawan karena mencegah
pesawat menabrak gedung dan menjatuhkannya di Sungai Keelung.
Mayat pilot bernama Liao Cheing-tsung dan co-pilotnya ditemukan masih berada di dalam kokpit pesawat turboprop ATR 72-600 tersebut. Mereka tewas dengan kaki yang terluka parah. Tangan pilot 42 tahun itu masih kencang memegang
joystick.
"Mereka masih mencoba menyelamatkan pesawat itu hingga menit terakhir," tulis media Taiwan yang mengutip seorang penyidik, diberitakan Reuters, Kamis (5/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Liao dianggap pahlawan atas tindakannya sesaat sebelum pesawat GE235 itu jatuh dan menewaskan 31 orang. Pemerintah Taiwan mengatakan, jika saja pilot tidak mampu mengendalikan pesawat, kemungkinan akan menabrak bangunan dan korban tewas akan semakin banyak.
Dalam sebuah rekaman video, terlihat pesawat itu berputar dan hampir mengenai gedung sebelum akhirnya jatuh di sungai. Lima belas penumpang selamat, namun 11 lainnya masih belum ditemukan.
Menurut rekaman di menara pengawas, komunikasi terakhir pilot adalah "
Mayday Mayday engine flameout".
Pesawat terbakar jika aliran bahan bakar ke mesin terganggu atau ada percikan api, tapi biasanya pesawat bermesin ganda seperti ATR 72-600 bisa terbang dengan hanya satu mesin.
Pesawat itu terbang dari bandara Songshan di Taipei menuju pulau Kinmen. Dari 58 penumpang di dalamnya, sebanyak 31 di antaranya adalah wisatawan asal Tiongkok.
Badan penerbangan Taiwan memerintahkan maskapai TransAsia dan Uni Air, perusahaan cabang EVA Airways, melakukan pemeriksaan mesin dan sistem bahan bakar di 22 pesawat ATR yang masih beroperasi.
(stu)