Jakarta, CNN Indonesia -- Bertambah lagi korban yang dibakar hidup-hidup. Kali ini empat orang, termasuk anak-anak. Yang melakukannya bukan ISIS (
Islamic State of Iraq and Syria), melainkan aktivis oposisi dari Partai Nasionalis Bangladesh (BNP).
Mereka melempar bom molotov pada sebuah bus malam penuh sesak yang sedang dalam perjalanan menuju Dhaka. "Empat orang, termasuk anak dan wanita, tewas di tempat," kata Raziur Rahman, pejabat polisi setempat, dikutip Reuters.
Insiden itu terjadi pada Jumat (6/2) malam waktu setempat. Akibat ledakan bom molotov di dalam bus itu, sedikitnya 30 orang terluka. Selain itu, beberapa lainnya kondisinya kritis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pergolakan muncul karena BNP menolak berpartisipasi dalam pemilihan umum, lebih dari setahun lalu, karena merasa akan dicurangi. Sejak bulan lalu, protes terjadi semakin keras. Mereka mamaksa Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri dan ada pengganti baru.
Akibat protes dalam situasi politik yang buruk di Bangladesh itu, sudah lebih dari 60 orang terbunuh sejak bulan lalu. Jumlah itu sudah termasuk empat yang tewas terbakar Jumat malam.
BNP memblokade jalan, rel kereta api, bahkan saluran air. Dikatakan, blokade itu akan terus dilakukan sampai pemerintah mundur. Itu merupakan serangan 72 jam lain sejak Minggu.
Diberitakan Reuters, kondisi politik Bangladesh semakin memburuk tahun demi tahun, karena persaingan antara Hasina dan pemimpin BNP, Begum Khaleda Zia. Kedua perempuan itu terkait dengan pemimpin nasional, dan keduanya dijadikan alternatif sebagai perdana menteri selama setidaknya dua dekade terakhir.
Amerika Serikat menyatakan keprihatinannya akan kondisi yang melanda Bangladesh. "Kami menyesalkan serangan, termasuk pembakaran bus, pelemparan bom, sampai kereta yang keluar jalur, yang telah membunuh dan melukai korban tak bersalah," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf dalam pernyataannya.
Ia melanjutkan, "Kami meminta pemerintah memberi ruang yang diperlukan untuk kegiatan politik damai. Dan kami mengimbau semua pihak untuk menginstruksikan anggotanya agar menahan diri dari tindak kekerasan."
Analis mengatakan, kekacauan politik yang terjadi di Bangladesh bisa mengancam US$ 24 miliar atau Rp 304 triliun industri ekspor garmen dari negara itu. Selama ini, itu menjadi andalan ekonomi Bangladesh. Tapi sejak adanya konflik dan banyak serangan fatal, sektor itu menjadi sangat tertekan.
(rsa/pit)