AS Tak Masukkan Yahudi dalam Daftar yang Terancam ISIS

Hanna Azarya Samosir/CNN | CNN Indonesia
Kamis, 12 Feb 2015 14:45 WIB
Obama memasukkan proposal penggunana militer untuk menggempur ISIS, namun tak memasukkan umat Yahudi sebagai salah satu yang terancam oleh ISIS.
Obama memasukkan proposal pada Kongres terkait penggunaan militer AS dalam menggempur ISIS di Irak dan Suriah, namun tak memasukkan umat Yahudi sebagai salah satu yang terancam oleh ISIS. (Reuters/Kevin Lamarque)
Jakarta, CNN Indonesia -- Permintaan izin resmi Presiden Barrack Obama kepada Kongres untuk menggunakan militer Amerika Serikat guna menggempur ISIS  menuai banyak kritik. Di antara banyaknya kritik masalah pembatasan, protes berbeda dilontarkan oleh salah satu anggota Republikan, Lee Zeldin, yang menyinggung tidak disebutnya kata "Yahudi" dalam proposal tersebut.

Dilansir CNN pada Kamis (12/2), Zeldin adalah satu-satunya anggota Kongres dari Republikan yang merupakan umat Yahudi.

Ketika melihat Obama hanya menyebutkan kelompok etnis yang terancam oleh ISIS adalah Kristen Irak, Yezidis, dan orang Turkmenistan, tanpa menyebut Yahudi, Zeldin mengaku langsung menutup proposal di tangannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya paham, ada kesadaran dalam resolusi untuk menangkal serangan ISIS terhadap Muslim, Kristen, dan yang lainnya, dan saya tidak menemukan referensi ke Yahudi. Dan salah satu usaha yang sedang saya gencarkan adalah meningkatkan kesadaran atas meningkatnya gerakan anti-semit," papar Zeldin kepada CNN dalam sebuah wawancara.

Polisi Partai Republik asal New York ini lantas mempertanyakan apakah Gedung Putih dengan sadar mengeluarkan Yahudi dari daftar kelompok etnis yang terancam ISIS.

"Saya pikir ketika Gedung Putih membuat susunan resolusi untuk regulasi militer, setiap kata-katanya, setiap frasanya dilakukan dengan sadar, harus seperti itu. Yahudi seharusnya dimasukkan oleh Gedung Putih," katanya.

Hal ini terjadi sesaat setelah Obama menyebut serangan di salah satu swalayan Yahudi di Perancis sebagai hal acak. Namun, tak lama setelah Obama melontarkan pernyataan, Gedung Putih segera memberikan klarifikasi bahwa Presiden bukan bermaksud bahwa insiden itu tidak dimotivasi oleh anti-semit.

"Pandangan kami belum berubah. Serangan teror di swalayan Kosher di Paris dimotivasi oleh anti-semit. Presiden AS tidak bermaksud sebaliknya," kicau sekretaris pers Gedung Putih, Josh Earnest, melalui akun Twitter resminya pada Rabu (11/2).

Zeldin menganggap, penyerangan di swalayan tersebut merupakan bukti bahwa ISIS melakukan aksi kejam untuk melawan Yahudi di seluruh dunia.

"Saya sangat yakin kita diingatkan di Paris bahwa ekstremis radikal Islam ini, mereka ingin menghapuskan Israel dari peta. Mereka bukan hanya menargetkan Yahudi, tapi juga kebebasan kita, pengecualian kita sebagai orang Amerika, seluruh dunia barat," papar Zeldin.

Melanjutkan penjelasannya, Zeldin berkata, "Tujuan ISIS termasuk ancaman bukan hanya kepada Muslim, bukan hanya kepada Yahudi, bukan hanya kepada Kristen, tapi kepada semua orang dan semua ini harus disadari di dalam resolusi.

Zeldin kini menjabat dalam Komite Hubungan Luar Negeri yang juga akan turut serta dalam debat penetapan penggunaan militer untuk menggempur ISIS. Ia mengaku akan terus berusaha memasukkan Yahudi ke dalam teks apapun yang bakal menjadi hukum di AS.

Menanggapi protes Zeldin, Gedung Putih berkilah bahwa kata-kata dalam naskah permintaan tersebut disadur dari resolusi Komite Senat Hubungan Luar Negeri tahun lalu.

Dalam naskah tulisan Senator Robert Menendez tersebut memang tertulis, "ISIS mengancam genosida dan aksi ganas dengan kekerasan melawan agama dan kelompok etnis minoritas, termasuk Kristen, Yezidi, dan populasi Turkmenistan."

Kerangka tulisan tersebut disusun sebelum serangan di swalayan Yahudi di Perancis terjadi. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER