ISIS Klaim Sandera Intel Israel

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 13 Feb 2015 07:25 WIB
Kelompok militan ISIS mengklaim bahwa mereka menyandera seorang mata-mata Israel keturunan Arab yang diduga bertugas untuk badan intelijen Israel, Mossad.
Menurut keluarganya, Muhammad Musallam bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran, dan bukan sebagai mata-mata untuk badan intelijen Israel, Mossad. (Reuters/Ammar Awad)
Yerusalem, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS mengklaim bahwa mereka menyandera seorang mata-mata Israel keturunan Arab, Muhammad Musallam, 19 tahun, yang diduga bertugas untuk badan intelijen Israel, Mossad, Kamis (12/2).

Klaim tersebut dikemukakan ISIS dalam majalah Dabiq, majalah berbahasa Inggris yang dirilis oleh kelompok militan tersebut. Dalam sebuah wawancara di majalah tersebut, ISIS menyatakan bahwa Musallam merupakan intel Mossad dan bergabung bersama ISIS di Suriah untuk memata-matai persenjataan, perekrutan anggota dan markas militer mereka.

Namun, penyamaran Musallam rupanya membangkitkan kecurigaan komandan ISIS. Penyamarannya terbongkar ketika Musallam menelepon ayahnya yang tinggal di Yerusalem Timur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mengatakan kepada semua orang yang ingin memata-matai ISIS, jangan pikir kalian begitu pintar dan dapat menipu ISIS. Kalian tidak akan berhasil sama sekali," kata Musallam dalam sebuah artikel di Dabiq, dikutip dari Reuters, Kamis (12/2).

"Menjauhlah dari rencana tersebut. Jangan bantu orang-orang Yahudi dan Murtaddin (orang murtad). Ikutilah jalan yang benar," kata Musallam melanjutkan.

Sementara, klaim tersebut dibantah oleh ayah Musallam, Said, dengan menyatakan bahwa anaknya bukan seorang mata-mata. Said menyatakan, Musallam hilang setelah berwisata ke Turki.

Said membenarkan bahwa Musallam sempat menghubunginya, namun untuk menyatakan bahwa dia telah diculik sebuah kelompok pemberontak dan dibawa ke Suriah. Dalam percakapan di telepon, Musallam juga sempat menyatakan bahwa dia memerlukan uang tebusan agar dapat dibebaskan.

"Dia berkata, 'Ayah, saya membutuhkan US$200 atau US$300 agar mereka melepaskan saya'," kata Said.

Namun, sebelum Said sempat mengirimkan uang tebusan, Said dihubungi oleh seorang pria yang menyatakan bahwa Musallam telah melarikan diri dari penculiknya, namun nahas, dia kemudian disandera oleh ISIS.

Menurut keluarganya, Musallam bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran Israel. Teman Musallam yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonimitas menyatakan bahwa menulis beberapa pesan bernada pro ISIS di media sosial. 

Meskipun demikian, hingga berita ini ditulis, belum ditemukan media sosial milik Musallam tersebut. 

Sementara, pejabat keamanan Israel menyatakan bahwa Musallam mengunjungi Turki pada 24 Oktober 2014 dalam rangka bergabung bersama ISIS di Suriah .

"Dia pergi ke sana atas inisiatif sendiri, tanpa sepengetahuan keluarganya," kata pejabat yang tak ingin disebutkan namanya tersebut, sembari membantah bahwa Musallam bekerja sebagai intel Israel. 

Israel tingkatkan keamanan

Khawatir bahwa warga keturunan Arab, yang populasinya mencapai 20 persen di Israel, akan bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah, Israel telah meningkatkan pengamanan dan pemantauan terhadap terduga ISIS di negara tersebut.

Israel juga menahan Ahmed Shurbaji, seorang warga Arab yang sempat bergabung dengan ISIS di Suriah, dan kemudian kembali ke Israel.

Pengadilan Israel menjatuhkan hukuman kepada Shurbaji yang yang relatif ringan, yaitu 22 bulan, karena menyepakati syarat membantu Israel memberikan informasi seputar ISIS.

Sebuah sumber di Shin Bet, badan keamanan internal Israel, menyatakan orang-orang Arab Israel yang kembali dari Suriah secara rutin seringkali diinterogasi oleh badan intel Israel terkait kelompok militan.

Shurbaji menyatakan bahwa interogasi tersebut ditangani oleh Ayoob Kara, politisi Israel dan mantan pejabat militer yang dekat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Dihubungi oleh Reuters, Kara menyatakan dia tidak percaya bahwa Musallam dalah seorang mata-mata Mossad.

Menolak untuk membahas kasus Musallam secara rinci, Kara menyatakan dia kenal beberapa pemuda keturunan Arab-Israel muda yang pergi ke Suriah untuk membantu pengungsi atau mencari wanita dan barang rampasan, yang kemudian diculik dan dimanfaatkan oleh ISIS. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER