Aleppo, CNN Indonesia -- Jurnalis foto asal Inggris yang hilang selama dua tahun, John Cantlie, muncul kembali dalam sebuah video yang dirilis kelompok militan ISIS, pada Senin (9/2).
Tak seperti sejumlah video yang dirilis ISIS sebelumnya, video ini tidak menampilkan eksekusi Cantlie. Dalam video ini, Cantlie terlihat seperti tengah melakukan reportase di Aleppo, Suriah.
Padahal, dalam video sebelumnya, ISIS tidak pernah menyebutkan lokasi di mana video rilisannya dibuat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam video tersebut, Cantlie memperlihatkan bagian kota Aleppo yang luluh lantak. Cantlie menyebutkan bahwa kerusakan parah yang diderita Aleppo bukan hanya ulah rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, namun juga karena koalisi serangan udara yang dipimpin oleh Amerika Serikat, yang menargetkan markas ISIS.
Cantlie, yang pernah muncul dalam video sebelumnya, menyebutkan bahwa video kali ini berjudul "Last in the Series", atau video yang terakhir dari serangkaian video yang memunculkannya.
Cantlie juga memperlihatkan sebuah sekolah agama dan pengadilan agama yang menerapkan hukum Syariah Islam yang telah "berusia 1.400 tahun".
"Hukum Syariah telah diterapkan selama lebih dari 1.400 tahun, dan hukum tersebut adalah hukum Allah, aturan Allah. Dan oleh karena itu tidak dapat diubah," kata Cantlie, dikutip dari
CNN, Senin (9/2).
Cantlie menyebutkan bahwa dalam hukum Syariah, hukuman untuk perampokan adalah eksekusi potong tangan.
Cantlie diperkirakan diculik pada bulan November 2012 bersama dengan jurnalis Amerika James Foley. September lalu, Cantlie, muncul dalam video berjudul 'Lend Me Your Ears', atau Dengarkan Aku.
Sementara, James Foley telah dieksekusi mati yang diperlihatkan dalam sebuah video yang dirilis pada Agustus lalu.
Kelompok militan ISIS telah merilis sejumlah video yang memperlihat eksekusi pemenggalan secara kejam dan sadis dan pemintaan uang tebusan bagi sandera.
Namun, pengecualian terjadi setiap kali Cantlie muncul dalam video ISIS. Cantlie tidak dijadikan alat untuk meminta uang tebusan atau eksekusi, melainkan untuk mengancam negara Barat, dan melaporkan informasi yang ingin disampaikan ISIS.
Cantlie bekerja sebagai wartrawan untuk sejumlah media cetak Inggris, yaitu The Sunday Times, The Sun dan The Sunday Telegraph.Pada 2012, Cantlie adalah salah satu dari sejumlah wartawan Inggris yang meliput di perang saudara Suriah, dan diculik oleh kelompok pemberontak.Dia kemudian dibebaskan oleh Tentara Pembebasan Suriah dan kembali ke Inggris pada musim panas 2012.Dalam artikel yang dimuat di The Sunday Times setelah dia kembali ke Inggris, Cantlie menyebutkan bahwa kelompok jihad di Inggris terlibat dalam penyanderaan dia di Suriah.Pengadilan Inggris telah menangkap tiga warga negara Inggris namun membebaskan mereka tahun lalu dengan alasan kasus ini tidak mempunyai cukup bukti dan saksi mata.Cantlie kemudian kembali ke Suriah dan menyatakan kepada atasan dan rekan wartawan lain bahwa dia sadar liputan yang dia lakukan berbahaya dan beresiko tinggi.Kelompok militan ISIS menangkap Cantlie pada November 2012 ketika kelompok itu mulai menguasai Suriah. (ama)