Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Turki Tayyip Erdogan mengkritik Presiden AS Barack Obama pada Kamis (12/2) karena hanya diam saat tiga mahasiswa Muslim dibunuh di North Carolina, AS.
Berbicara berdampingan dengan Presiden Mexico Enrique Pena Nieto saat kunjungannya di negara Amerika Latin itu, Erdogan mengatakan diamnya Obama, Wakil Presiden Joe Biden serta Menteri Luar Negri John Kerry sebenarnya adalah “petunjuk”. Erdogan juga mengatakan mereka seharusya mengambil posisi dalam peristiwa seperti itu.
“Jika anda tetap diam dalam insiden seperti ini, dan tidak membuat pernyataan, maka dunia juga akan berlaku sama pada anda,” kata Erdogan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga mahasiwa Muslim ditembak di kepala pada Kamis (12/2) di dekat Universitas North Carolina, dan polisi mengatakan penyebabnya kemungkinan besar adalah kebencian pribadi.
Pasangan yang baru menikah, Deah Barakat, 23, mahasiwa kedokteran gigi, istrinya Yusor Abu-Salha, 21, juga mahasiswa kedokteran gigi serta adiknya, Razan Abu-Salha, 19, seorang mahasiswa Universitas Negeri North Carolina di tembak di apartemen mereka, yang berlokasi sekitar 3 km dari kampus UNC di Chapel Hill.
Polisi saat ini menahan pelaku, Craig Stephen Hicks, 46, setelah ia menyerahkan diri usai penembakan. Polisi mengatakan motif pelaku sepertinya terkait dengan perselisihan soal lahan parkir, meski ayah kedua korban mengatakan motif penembakan itu adalah kebencian rasial dan agama.
Turki, kandidat Uni Eropa dan juga anggota NATO, sebenarnya adalah sekutu kunci AS dalam memerangi ISIS dan kelompok militan. Namun Erdogan tak pernah ragu mencetuskan komentarnya terkait meningkatnya Islamofobia di negara-negara Barat.
Tahun lalu, Erdogan mengatakan hubungannya dengan Obama menjadi tegang dan ia sudah tak berbicara langsung dengan Obama, karena kecewa atas kurangnya aksi AS dalam perang sipil di Suriah. Kata Erdogan, ia hanya berbicara dengan Joe Biden terlait isu-isu di kawasannya, termasuk Irak.
Meski bekerja bersama dalam menanggulangi ISIS, perbedaan antara Turki dan AS tampaknya makin terlihat, utamanya mengenai bagaimana mengatasi pada pemberontak.
Turki sudah lama menunjukkan ketidaksukaannya pada Presiden Suriah Bashar al-Assad, mendukung pemberontak Suriah untuk mengusir Assad. Turki juga telah lama melobi dunia internasional aga turun tangan dalam perang Suriah.
(stu)