Ankara/Washington, CNN Indonesia -- Amerika Serikat dan Turki telah mencapai kesepakatan sementara untuk melatih dan mempersenjatai pejuang oposisi moderat Suriah yang berjuang melawan ISIS.
Kantor berita Reuters mengutip tiga sumber militer AS yang mengatakan pelatihan itu akan dimulai pertengahan Maret.
Militer AS sebelumnya mengatakan akan mengirim lebih dari 400 tentara, termasuk pasukan operasi khusus, untuk melatih kelompok moderat Suriah di luar negara itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pejabat itu mengatakan para pejuang Suriah itu akan diperlengkapi dengan kendaraan bak terbuka dengan senjata otomatis, radio dan pelacak GPS.
Harian Wall Street Journal melaporkan pada Selasa (17/2) bahwa radio dan peralatan GPS akan memungkinkan para pejuang meminta bantuan serangan udara, namun sumber Reuters menegaskan militer AS belum mendapat otoritas untuk melakukan serangan udara tersebut.
Para pejabat AS mengatakan pihaknya akan melatih sekitar 5.000 tentara Suriah per tahun dalam program sepanjang tiga tahun ini.
Arab Saudi, Qatar dan Turki secara terbuka telah menawarkan lokasi untuk pelatihan tersebut.
Turki berharap pelatihan ini akan memperkuat kelompok oposisi yang semakin lemah dan terpecah dalam perjuangan melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
“Perundingan telah selesai dan satu kesepakatan tertulis terkait pelatihan Tentara Pembebasan Suriah dengan AS akan ditandatangani dalam waktu dekat,” ujar Tanju Bilgic, juru bicara kementerian luar negeri Turki.
“Kami akan berbagi rincian teknis…setelah kesepakatan tertulis itu ditandatangani, tetapi diperkirakan penandatanganan akan dilakukan dalam beberapa hari ini,” ujarnya kepada wartawan di Ankara.
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri membenarkan kesepakatan prinsip di Ankara itu.
“Seperti yang telah kami umumkan sebelumnya, Turki setuju menjadi lokasi program pelatihan-dan-peralatan bagi pasukan oposisi moderat Suriah. Kami memperkirakan kesepakatan dengan Turki ini akan ditandatangani dalam waktu dekat,” kata Jen Psaki kepada wartawan.
Tentara Pembebasan Suriah dipandang Turki sebagai aktor utama dalam konflik di Suriah, tetapi kelompok ini diwarnai perpecahan dan mengalami kekalahan dari pasukan pemerintah dan fraksi pemberontak lain.
Kesepakatan antara Ankara dan Washington ini akan menjadi perkembangan positif diantara dua sekutu lama, meski hubungan kedua negara menjadi tegang akibat kebijakan Timur Tengah.
Turki menginginkan pusat perhatian utama di Suriah adalah menggeser Presiden Bashar al-Assad, sementara prioritas utama Washington adalah memerangi sepak terjang ISIS.
(yns)