Eksperimen: Menjadi Muslim di Tengah Islamofobia Italia

Ike Agestu | CNN Indonesia
Jumat, 20 Feb 2015 17:57 WIB
Seorang pria Muslim di Milan melakukan eksperimen menggunakan pakaian tradisional Arab dan memegang Al-Quran, berkeliling Milan dan menerima banyak reaksi.
Muslim di Eropa menghadapi tantangan lebih besar setelah serangkaian peristiwa terorisme di Eropa. (Ilustrasi/Reuters/Luke MacGregor)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang mahasiswa di Italia memakai busana tradisional Arab dan mengundang komentar bernada hinaan dari publik.

Hamdy Mahisen, yang berasal dari Mesir, menarik perhatian dan hinaan saat ia berjalan berkeliling di Milan selama lima jam, menggunakan baju jubah dan peci putih sambil memegang Al-Quran di satu tangan dan tasbih di tangan lain.

Aksinya direkam kamera, ditujukan sebagai eksperimen sosial, seperti dilansir oleh The Independent.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekelompok gadis remaja dan laki-laki tak menyembunyikan rasa terkejut mereka ketika Mahisen muncul dan secara terang-terangan menatapnya sambil melihat ia berlalu.

Italia saat ini sedang berada dalam situasi waspada setelah peringatan bahwa militan Libya yang terinspirasi oleh ISIS bisa masuk ke Eropa lewat Italia.

Hal ini telah memicu Islamofobia dan sentimen anti-imigran terhadap para pengungsi yang melarikan diri ke Italia dari Afrika—kebanyakan dengan cara yang sangat berbahaya lewat kapal laut sederhana.
[Gambas:Youtube]
Di beberapa jalan, seseorang menyeringai dan menyebutnya “Taliban sialan,” sementara seorang wanita yang mendorong kereta bayi tak segan-segan berteriak, “Taliban!”

Hamdy yang berusia 30 tahun berbicara bahasa Italia dengan lancar dan tinggal di Milan bersama orang tuanya.

Saat ia berjalan di dekat sebuah pusat perbelanjaan, seseorang terdengat berkata, “Apakah kau melihat ISIS ini?”

Satu pria lain di dekat halte tram juga mengatakan, “Lihat, dia memegang Al-Quran. Apakah ia memiliki senjata di bawah jubahnya?”

Komentar-komentar itu menandai level Islamofobia dan rasisme yang dihadapi oleh Muslim dan etnis lain di Italia.

Aicha Mesrar, 45, politisi kelahiran Moroko, meninggalkan Italia pada September lalu setelah tinggal di sana selama 23 tahun karena menerima seretetan ancaman dan mengkhawatirkan keselamatan anak-anaknya.

Mesrar adalah wanita pertama berjilbab yang mendapat kursi di balai kota, namun ia akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya di Partai Demokrat di Rovereto, Italia utara.

Minggu ini, mahasiswi di enam kampus di Friuli-Venezia Giulia dilarang menggunakan jilbab mereka.

Seorang praktisi pendidikan mengatakan mereka diperingatkan bahwa “simbol agama yang terlihat jelas bisa dilihat sebagai provokasi.” (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER