Jakarta, CNN Indonesia -- Arus warga Eropa yang bepergian ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS ditengari berkurang menyusul pembatasan ketat yang kini diberlakukan oleh negara-negara Eropa.
Seorang sumber dari kelompok itu mengatakan kepada Reuters bahwa dampak itu hanya berpengaruh pada pasukan yang bertarung di lapangan, karena warga asing kebanyakan masuk di bagian militer ISIS.
"Sekarang sebagian besar pejuang (asing) berasal dari negara-negara Asia, seperti Tajikistan dan Uzbekistan. Mereka adalah pejuang tangguh," seorang militan ISIS yang berjuang dengan kelompok di Suriah dan Irak, mengatakan kepada Reuters melalui internet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa juga mengatakan bahwa pembatasan malah bisa menjadi bumerang bagi negara-negara Eropa, sebab jihadis yang dicegah bepergian ke Timur Tengah didorong untuk melakukan serangan individu di negara masing-masing.
Negara-negara Eropa bekerja keras untuk mengurangi perekrutan oleh ISIS, yang telah merebut banyak daerah di Irak dan Suriah dan sekarang menjadi target serangan udara pimpinan AS.
Kehadiran seorang pasukan ISIS asal Eropa menjadi berita utama tahun lalu ketika seorang pria dengan aksen Inggris muncul di video pemenggalan tahanan Inggris dan Amerika.
Negara-negara Eropa telah menangkap orang untuk merekrut anggota ISIS. Beberapa negara bahkan meloloskan undang-undang yang memungkinkan penyitaan dokumen perjalanan yang diketahui akan bepergian ke wilayah konflik di Timur Tengah untuk bergabung dengan kelompok militan.
"Pada awalnya negara-negara ini menganggap kami sepele, mereka pikir para pejuang akan datang ke sini dan mati. Tapi apa yang tidak mereka lihat adalah bahwa mereka mendapatkan pelatihan lalu mulai menghubungi teman-teman dan kerabat mereka untuk bergabung," kata pendukung ISIS yang tinggal di teritori Suriah.
ISIS yang sudah merebut banyak wilayah di Irak dan Suriah, kini mulai meluaskan pengaruh mereka di negara lain, seperti di Libya dan Mesir.
Saat ini, menurut beberapa anggotanya, ISIS memiliki 60 ribu tentara di Irak dan Suriah saja, kebanyakan dari mereka dalah warga Muslim Sunni lokal.
Sekitar 550 warga Jerman telah bergabung dengan ISIS di Suriah dan sekitar 180 diantaranya sudah kembali ke Jerman. Menurut RUU baru di Jerman, negara bisa menahan dokumen seseorang yang ketahuan akan menjadi pejuang militan hingga selama tiga tahun.
Perancis telah melakukan operasi besar sejak pertengahan 2014. Pejabat berwenang Perancis memperkirakan 400 warga Perancis saat ini berada di Suriah, 180 diantaranya sudah kembali ke Perancis, 200 orang ingin pergi ke sana dan 200 orang lain di Eropa sedang berusaha mencapai Suriah.
Otoritas Inggris mengatakan sekitar 600 orang Inggris sudah bertempur di Suriah, dan setengah dari jumlah itu sudah kembali. Polisi kini bisa menahan paspor dari warga yang akan meninggalkan negara itu lebih dari 30 hari, dan isa menahan warga yang akan masuk kembali ke Inggris jika dicurigai terkait dengan ISIS.
Serangan lone wolf Warga Kurdi yang biasanya berada di wilayah perbatasan negara Suriah dan Irak menjadi salah satu kelompok yang menjadi korban dan mengungsi ke negara-negara lain seperti Turki, Libanon dan Yordania. (Reuters/Murad Sezer) |
Meski pembatasan ketat, kelompok ISIS mengklaim mereka masih menerima arus pejuang asing yang berasal dari negara-negara tetangga Suriah dan Irak.
Sementara itu Turki, masih merupakan rute utama bagi mereka yang ingin menyeberang ke Suria, yang menyebabkan negara ini dikritik oleh banyak negara Barat karena dianggap tak menjaga perbatasannya dengan baik.
Bulan ini, militer Turki mengatakan setidaknya 19 orang yang ingin bergabung ISIS dicegat di perbatasan, 13 diantaranya adalah orang asing. Ini menjunjukkan Turki berusaha memperketat kontrol di perbatasannya.
Aktivis anti-ISIS di Suriah mengatakan terdapat tensi antara para pejuang ISIS yang menyebabkan banyak warga asing meninggalkan kelompok itu. Namun anggota ISIS yang diwawancara Reuters membantah hal itu.
“(Mereka) tidak meninggalkan ISIS. Dalam dua bulan di Baiji kami menerima 180 (warga asing). Di salah satu kamp pelatihan, 40 persen diantaranya adalah orang asing,” kata anggota kelompok itu.
ISIS memang menargetkan Eropa sejak awal kemunculannya. Dalam salah satu videonya, ISIS mengatakan mereka menyasar “Roma”, yang berarti secara uum adalah warga Kristen Eropa.
Namun jika tak bisa keluar dari Eropa, maka ISIS akan membuat pendukungnya melancarkan serangan dari rumah mereka. Menjadi apa yang disebut sebagai lone wolf.
“Jika mereka tak bisa ke sini, maka mereka masih bisa memerangi kaum kafir di negara mereka sendiri,” kata pejuang ISIS yang menamakan dirinya Bakr.
(stu)