Pyongyang, CNN Indonesia -- Korea Utara melarang pelari asing berpartisipasi dalam Pyongyang marathon, lomba lari maraton internasional yang dijadwalkan akan diselenggarakan di ibukota Pyongyang pada bulan April mendatang.
Pelarangan ini sehubungan dengan kekhawatiran Korea Utara akan penyebaran virus Ebola yang telah mewabah di Afrika Barat dan ditemukan di sejumah negara lain.
"Mitra Korea Utara kami di Pyongyang menghubungi kami pagi ini untuk memberitahukan bahwa mulai hari ini Pyongyang Marathon 2015 ditutup untuk para pelari asing baik amatir maupun profesional," kata Nick Bonner, direktur Koryo Tours, sebuah agen perjalanan yang berbasis di Beijing, Tiongkok, kepada Reuters, Senin (23/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lomba lari maraton selalu diselenggarakan di Pyongyang setiap tahun sejak 1981. Namun, baru tahun lalu, Pyongyang memperbolehkan pelari asing untuk ikut berkompetisi.
"Kami diberitahu bahwa (pelarangan) ini karena pencegahan virus Ebola," kata Bonner melanjutkan.
Padahal, Bomer telah memperkirakan agen perjalanannya dapat menerbangkan 500 wisatawan ke Korea Utara pada tahun ini.
"Masih belum jelas kapan perbatasan akan dibuka kembali, tapi kami juga diberitahu untuk tidak membatalkan tur (maraton) kami pada Maret, dan untuk mengharapkan perkembangan baru terkait situasi perbatasan pada akhir Februari ini," kata Bonner.
Bonner mengatakan lebih dari 400 pelari asing telah mendaftar dengan agen sendiri untuk lomba maraton yang akan diselenggarakan tanggal 12 April mendatang.
Bonner menyatakan dia diberitahu bahwa Pyongyang Marathon tahun ini hanya akan diisi oleh pelari nasional.
Klaim Bonner juga dikonfirmasi oleh agen perjalanan Korea Utara lainnya, Young Pioneer Tours, yang membatalkan tur di Korea Utara karena adanya pelarangan tersebut.
Meskipun Korea Utara dan negara pandemi Ebola dipisahkan oleh ribuan kilometer, negeri ginseng ini telah melarang wisatawan asing untuk masuk sejak Oktober tahun 2014.
Selain itu, Korea Utara juga menetapkan karantina ketat selama 21 hari bagi para pekerja asing. Diplomat pun diwajibkan tinggal di kompleks kedutaan yang dijaga ketat.
Hingga berita ini ditulis, Reuters mencatat terdapat lebih dari 9.000 orang tewas akibat terserang virus Ebola, dengan sebagain besar korban berasal dari Guinea, Sierra Leone dan Liberia.
(ama)