Putin Kembali Gunakan Ancaman Energi ke Eropa

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 27 Feb 2015 00:59 WIB
Sekali lagi, Presiden Rusia Vladimir Putin, menggunakan politik ancaman sumber energi untuk menekan Eropa terkait Ukraina.
Ilustrasi pengeboran minyak (Reuters/Sergei Karpukhin)
Moskow, CNN Indonesia -- Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengancam akan menghentikan pasokan minyak ke Eropa dalam tempo beberapa hari. Pernyataan ini dilontarkan sebagai ancaman baru terhadap Ukraina.

Politik ancaman sumber energi kerap digunakan Putin untuk menekan Eropa maupun Ukraina terkait kisruh yang terjadi di kawasan tersebut. Seperti dilansir The Times, Kamis (26/2), ultimatum ancaman terbaru ini diluncurkan Putin setelah Uni Eropa mengumumkan rencana ambisius membentuk serikat energi dalam rangka menghentikan kekuasaan Rusia atas minyak di benua tersebut.

Situasi terbaru memanas kembali sejak militer Ukraina menuding Rusia mengirim tank dan tentara ke Ukraina Timur meski gencatan senjata yang ditengahi Perancis dan Jerman, mulai berlaku pada hari Minggu (15/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait keluhan Eropa atas ancaman itu, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah membicarakan kemungkinan menambah penerapan sanksi terhadap Rusia pada akhir pekan ini, Sabtu (21/2).

Di sisi lain, Putin yang mencoba membela diri, balik menuding bahwa Ukraina telah menghentikan pasokan minyak ke bagian timur negaranya, di mana separatis pro-Rusia bersarang.

"Bayangkan bagaimana nasib orang-orang ini tanpa minyak selama musim dingin. Bukan hanya terjadi kelaparan, ini tercium seperti genosida," tutur Putin.

Akhirnya, Putin meminta Ukraina untuk segera membayar uang muka jika menginginkan pasokan minyak terus mengalir selama musim dingin.

"Ukraina baru membayar minyak yang hanya cukup untuk tiga hingga empat hari. Sebelum Ukraina membayar uang muka, Gazprom (kilang minyak raksasa Kremlin)  akan menghentikan pasokan," ucap Putin, "Tentu saja ini akan mengancam pemasokan (minyak) ke Eropa, kepada rekan-rekan Eropa."

Politik Sumber Daya Alam

Sumber daya alam Rusia merupakan senjata pamungkas negaranya. Pasalnya, lima negara di timur Uni Eropa bergantung penuh terhadap pasokan minyak dari Rusia.

Tahun lalu, Eropa menerima 147 miliar meter kubik dari gas Rusia dan 40 persen di antaranya didistribusikan melalui Ukraina.

Sebelumnya, Uni Eropa memasang target 28 negara anggotanya akan memiliki tiga sumber gas alam dan bisa mentransfer daya listrik mereka ke negara-negara tetangga pada 2020. Untuk mencapai target, diperlukan ikatan kuat.

Untuk itu, Uni Eropa berencana membangun dua pusat gas alam baru - satu di wilayah Mediterania dan satu di Eropa Tengah - dan membangun saluran "koridor selatan" untuk membawa pasokan gas dari Asia Tengah melalui Turki.

Pada Desember lalu, Putin membatalkan pembangunan pipa di selatan Rusia karena Uni Eropa dituduh menyabotase proyek sambungan yang dirancang untuk mengurangi masalah aliran pasokan. Brussels menawarkan diri untuk hadir dalam perundingan pasokan minyak pemerintah demi menjaga kontrak antara kedua negara.

Sebelumnya, Hungaria juga melakukan hal serupa, tapi menolak untuk menjabarkan apa hasil kesepakatannya. Jerman juga sangar bergantung pada pasokan minyak Rusia. Setelah tak menjabat sebagai konselor Jerman, Gerhard Schroder, bergabung dengan perusahaan Gazprom.

Sementara itu, divisi minyak Gazprom kemarin, Rabu (25/2), mengumumkan bahwa mereka akan memindahkan operasi perdagangan dari Austria kembali ke Rusia. Seorang sumber mengatakan bahwa pihaknya ingin melindungi pendapatan dari keterpurukan.

"Tantangan politik selama beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa perbedaan sumber energi, pemasik, dan rute (pemasokan) sangat krusial untuk menjamin keamanan dan kekuaran pasokan energi," kata Komisi Eropa dalam proposal Uni Energi kemarin, Rabu (25/2). (kid/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER