Mantan Tawanan ISIS Mengenali Penjagal Jihadi John

Ike Agestu/CNN | CNN Indonesia
Jumat, 27 Feb 2015 06:59 WIB
Wartawan Perancis yang pernah ditawan oleh ISIS selama sepuluh bulan namun berhasil melarikan diri mengatakan bahwa ia mengenali pria penjagal Jihadi John.
Para militan asal Inggris, kata Francois, lebih ekstrim. Mereka memberi para tawanan makanan yang lebih baik, namun juga memukul lebih keras. (via Reuters TV)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seoranga wartawan Perancis yang pernah ditawan ISIS selama sepuluh bulan lalu berhasil melarikan diri mengatakan ia mengenal sang pria penjagal ISIS, Jihadi John.

Dalam sebuah wawancara awal Februari lalu dengan Christiane Amanpour dari CNN, Didier Francois, menceritakan pengalaman mengerikannya selama disekap ISIS.

Francois menceritakan penyiksaan yang ia alami sekaligus yang ia saksikan dilakukan ISIS terhadap warga lokal yang menyetujui paham keras kelompok itu.

Ketika disekap, Francois juga mengatakan ia mengenal Jihadi John, yang terkenal dengan aksen Inggrisnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Francois, Jihadi John dia adalah salah satu penjaga.

"Anda bisa lihat di video—anda tak mau berurusan dengan dia.”

Para jihadi asal Inggris, dijuluki "The Beatles" oleh para sandera, “lebih kejam dalam kekerasan mereka," katanya.

Mereka, katanya, lebih ekstrim. Mereka memberi para tawanan makanan yang lebih baik, namun juga memukul dengan lebih keras.

Jihadi dari bekas koloni Perancis di Afrika Utara, yang dikenal sebagai Maghreb, juga relatif lebih keras dalam memperlakukan tawanan Perancis, kata Francois.

Mereka "lebih tertarik untuk (menempatkan) sandera Perancis di kelompok yang sama dengan Amerika dan Inggris, dan tidak bernegosiasi untuk kami," kata Francois.

Francois dibebaskan sebelum ISIS menyapu bersih Irak, menguasai sejumlah besar wilayah di negara itu pada musim panas tahun lalu.

Melihat kondisi belakangan, menurutnya, ia percaya ia bersama tiga rekannya tidak akan dibebaskan jika mereka masih berada di tangan ISIS, “terutama dengan keterlibatan Perancis dalam koalisi dan pengeboman di Irak."

“Kami beruntung.”

Ketika ia pergi ke Suriah, katanya kepada Amanpour, penangkapan wartawan atau pekerja LSM tidak dilaporkan, sehingga sulit untuk mengetahui betapa berbahaya kondisi saat itu. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER