Jakarta, CNN Indonesia -- Victor Arden Barnard, seorang pendeta Amerika yang menjadi buron atas 59 dakwaan pelecehan seksual di Minnesota, ditangkap oleh pihak berwenang Brasil pada Jumat (27/2).
Dikutip dari
CNN, pernyataan itu dirilis oleh kantor gubernur negara bagian Rio Grande do Norte pada Sabtu (28/2).
Terduga berusia 53 tahun itu dicari oleh kepolisian Pine, Minnesota, karena diduga melakukan pelecehan seksual terhadap dua gadis muda yang menjadi anggota gereja, kata US Marshals Service.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Barnard—salah satu buron yang termasuk dalam
CNN "The Hunt with John Walsh" pada 2014 dan sekali lagi pada awal pekan ini—terakhir terlihat di Amerika Serikat pada Raymond, Washington, pada 2014.
Pada April 2014, jaksa di Pine County, Minnesota, menerbitkan pengaduan pidana yang menuduhnya atas 59 kejahatan seksual. Barnard menjadi buron sejak saat itu.
Perburuan atasnya dimulai setelah dua tahun investigasi atas dugaan dari dua perempuan terkait dugaan perilaku Barnard saat ia menjadi pengkhotbah sebuah kelompok keagamaan di Finlayson, Minnesota.
Barnard adalah salah satu yang termasuk dalam daftar
15 Orang Paling Dicari oleh US Marshall, dengan hadiah sebesar US$25 ribu untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya. Dia juga dicari atas penerbangan yang melanggar hukum karena menghindari penuntutan.
Seorang wanita berusia 33 tahun juga ditangkap, kata pihak berwenang Brasil.
Pemimpin kharismatikSebagai seorang pendeta, Victor Barnard menginspirasi jemaatnya dengan karisma.
"Saya belum pernah bertemu siapa pun yang saya pikir mencintai firman Tuhan seperti yang Victor Barnard lakukan," kata Ruth Johnson, mantan anggota River Road Fellowship pimpinan Barnard.
David Larsen, seorang mantan pemimpin River Road Fellowship, mengatakan ia membantu Barnard mendirikan "kamp gembala" pada pertengahan 1990an di Pine untuk membawa lebih banyak orang ke gereja. Beberapa jemaatnya, termasuk Johnson, pindah ke daerah pedesaan sekitar 100 km sebelah utara dari Minneapolis itu untuk menjadi bagian dari kamp.
Pada Juni 2000, pemimpin agama karismatik itu diduga meyakinkan beberapa anggota jemaatnya agar menyerahkan putri sulung mereka untuk tinggal bersamanya di perkemahan terpencil.
Nama Lindsay Tornambe yang dipanggil dan orang tuanya mengizinkan putri mereka yang berusia 13 tahun untuk bergabung dengan sekelompok gadis-gadis di kamp, yang disebut "The Maidens" di bawah pengawasan Barnard. Johnson dan jemaat lain mengatakan gadis-gadis itu bangun pagi, menjahit, memasak dan membersihkan untuk Barnard.
"Segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang istri, mereka lakukan untuk dia," kata Johnson.
"Dia mengajarkan bahwa dalam Alkitab, gereja adalah mempelai Kristus dan karena ia Kristus, gereja seharusnya menikah dengan dia," kata Tornambe. "Saat itu saya tidak benar-benar memahami apa arti semua itu.”
Dokumen pengaduan di Minnesota mengatakan Tornambe mengaku ia mengalami pelecehan seksual saat ia berusia 13-22 tahun ketika ia dan orangtuanya menjadi anggota River Road Fellowship.
Kepada pihak berwenang, Tornambe mengatakan kelompok gadis muda yang terdiri dari 10 orang yang dikenal sebagai Alamoths. Tadinya, ia mengira kelompoknya akan dikirim ke kamp musim panas, dokumen tersebut mengatakan.
Tornambe mengatakan kepada para penyelidik bahwa ia memperkirakan Barnard menyerangnya secara seksual 1-3 kali sebulan hingga ia pegi pada tahun 2010 untuk bersama orang tuanya, yang telah pindah ke Pennsylvania.
Pada musim gugur 2011, ia dihubungi oleh gadis lain yang berbagi cerita yang sama: ia mengatakan bahwa ia dianiaya oleh Barnard sejak ia berusia 12 sampai 20 tahun.
Tornambe dan wanita lain pergi ke polisi di Minnesota. Barnard telah pindah ke negara bagian Washington setelah berurusan dengan wanita yang telah menikah dan menyebabkan persekutuan itu terpecah, tulis dokumen pengaduan.
(stu)