Seorang Pastor Kanada Hilang di Korea Utara

Ike Agestu/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 03 Mar 2015 12:18 WIB
Seorang pastor yang melakukan misi kemanusiaan di Korea Utara belum kembali ke Kanada dan terakhir memberi kabar pada 31 Januari lalu.
Warga Korea Utara menganggap keluarga Kim sebagai dewa dan menyanjung mereka, namun tak bisa beragama dan beribadah secara terbuka. (Reuters/Kyodo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pastor dari Kanada dilaporkan belum kembali dari misi kemanusiaannya di Korea Utara.

Gerejanya yang berada di Toronto, Kanada, mengatakan pada Senin (2/3), pemerintah Kanada telah berusaha untuk mencari tahu posisi sang pastor.

Pendeta Hyeon Soo Lim, 60, telah bepergian sebanyak ratusan kali ke Korea Utara, di mana ia membantu mengawasi sebuah panti jompo, rumah perawatan dan sebuah panti asuhan di wilayah Rajin, kata Lisa Pak, juru bicara Gereja Presbyterian Cahaya Korea di pinggiran kota Toronto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Korea Utara dan Tiongkok melakukan tekanan kepada kelompok Kristen tahun lalu, dan beberapa orang Kristen Amerika telah ditahan oleh Korea Utara.

Pak mengatakan mereka tidak mendengar kabar dari Lim sejak 31 Januari namun awalnya tak merasa khawatir karena ia berpengalaman dan mengetahui negara Korea Utara dengan baik. Mereka juga tadinya menduga ia dikarantina oleh Korea Utara selama 21 hari terkait penanganan kasus Ebola.

Namun Korea Utara mengakhiri program karantina pada Senin (2/3).

"Ini bukan perjalanan luar biasa baginya. Dia bukan seorang turis yang tersesat, ia berbicara bahasa Korea, ia telah ke sana berkali-kali," kata Pak. "Kami tidak ingin menimbulkan histeria yang tidak perlu, namun pastikan dia baik-baik saja. Dia sangat tak peduli pada politik. Ia hanya ingin membantu orang-orang.”

Gereja yang memiliki 3.000 anggota, di mana Lim telah menjadi pastor kepala selama 28 tahun, telah melakukan pekerjaan kemanusiaan di Korea Utara sejak sekitar tahun 1997, kata Pak.

Lim berimigrasi ke Kanada dari Korea Selatan pada 1986 dan memiliki seorang istri dan anak yang telah dewasa, katanya.

Lim meninggalkan Toronto pada 27 Januari, terbang ke Korea Selatan, dan berencana untuk mengunjungi Tiongkok dan Korea Utara.

Setelah mendapat kabar dari Lim pada 31 Januari, gereja berasumsi dia tidak bisa dikontak sampai 4 Februari. Ketika dia tidak menghubungi gereja, gereja menunggu lagi 21 hari karena kemungkinan karantina Ebola.

Pemerintah Kanada mengatakan para pejabat konsuler telah mengontak anggota keluarga Lim dan telah menawarkan bantuan konsuler tetapi menolak untuk mengomentari situasi Lim.

Ottawa mengeluarkan travel advice (imbauan perjalanan) terhadap semua perjalanan ke Korea Utara.

Pemerintah Korea Utara memberi perlakuan keras terhadap dakwah, melihat agama sebagai ancaman bagi keluarga Kim, yang telah memerintah sejak akhir Perang Dunia II dan digambarkan sebagai dewa dalam propaganda negara.

Sebuah laporan PBB tahun ini memperkirakan antara 200 ribu hingga 400 ribu dari 24 juta penduduk Korea Utara adalah umat Kristen. Jumlah itu tidak mungkin bisa diverifikasi karena kebanyakan dari mereka tidak bisa beribadah secara terbuka. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER