Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi Myanmar memukul mahasiswa dengan tongkat dan menahan beberapa dari mereka saat mereka membubarkan sekitar 200 pengunjuk rasa yang telah melakukan protes selama lebih dari satu minggu.
Para mahasiswa memprotes aturan pendidikan yang mereka anggap menghambat proses akademik, dan sekelompok dari mereka bahkan pergi dengan berjalan kaki dari pusat kota Mandalay lebih dari sebulan lalu sebagai protes simbolik. Mereka berjalan hingga ke Letpadan, sebuah kota sekitar 140 km di utara Yangon, di mana polisi memblokade mereka dengan kayu dan kawat berduri.
Meskipun polisi awalnya mengatakan mereka akan memungkinkan para mahasiswa itu untuk melanjutkan perjalanan mereka pada Selasa (10/3), namun kesepakatan antar mereka tak tercapai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi anti huru hara pindah ke lokasi protes dan menggunakan tongkat untuk memukul pemrotes, dan biksu serta wartawan yang telah bergabung dengan demonstrasi.
Polisi lalu mengejar mahasiswa dan biksu ke biara Buddha di mana mereka berlindung, kata saksi Reuters.
Saksi juga melihat polisi menggunakan tongkat untuk menghancurkan jendela mobil milik seorang mahasiswa dan ambulans di mana beberapa demonstran berlindung.
Lima mahasiswa ditangkap di Letpadan pada Jumat (10/3), dan Amerika Serikat, yang dalam beberapa tahun terakhir telah mendukung reformasi politik di Myanmar, menyatakan keprihatinan pada perkembangan yang terjasi. Para siswa itu kemudian dibebaskan.
Yangon adalah tempat berlangsungnya berbagai demonstrasi yang dipimpin mahasiswa, termasuk pada 1988 yang memicu gerakan pro-demokrasi di Myanmar.
Para pemimpin militer secara brutal mengatasi protes pada 1988 dan selanjutnya memenjarakan banyak aktivis, seniman dan penulis.
Pemerintahan reformis semi-sipil mengambil alih kekuasaan pada 2011 setelah 49 tahun Myanmar dikuasai oleh junta militer, meski militer masih menduduki sebagian besar kursi parlemen dan menjabat di pemerintahan.
(stu)