Jakarta, CNN Indonesia -- Video terbaru ISIS memperlihatkan seorang anak laki-laki mengeksekusi Muhammad Musallam, pria Israel yang dituduh sebagai mata-mata oleh ISIS, dengan sebuah tembakan di kepala.
Video ini memperlihatkan bagaimana ISIS kini menggunakan alat baru propaganda mereka: anak-anak.
Berbarengan dengan kampanye ISIS yang menyerukan para pejuang asing agar membawa serta keluarga mereka ke wilayah yang berada di bawah kontrol mereka di Irak dan Suriah, jumlah dan intensitas anak-anak yang digunakan oleh ISIS sebagai alat penyebaran teror mereka makin meningkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agustus tahun lalu, dunia digemparkan dengan imej seorang anak membawa kepala seorang pria yang sudah terpenggal.
Anak itu, berusa tujuh tahun, dibawa oleh ayahnya, warga Australia, untuk ikut bergabung dengan ISIS di Suriah. Foto itu menunjukkan sang anak, dengan kedua tangannya memegang kepala seorang pria, diduga diambil di Raqqa. Sang ayah mem-posting foto tersebut di Twitter, beserta keterangan foto: “Ini baru anak saya.”
Dalam sebuah video yang dipublikasikan ISIS Januari lalu, seorang anak berambut gondrong yang mengenakan sweater hitam serta celana loreng, tampak menembak dua orang pria di kepala bagian belakang mereka. Anak laki-laki itu kemudian menginjakkan satu kaki di tubuh seorang korbannya, menembak dua kali lagi, lalu mengangkat pistolnya ke atas.
Bulan lalu, ketika ISIS menyebarkan video brutal pembakaran pilot Yordania Moath al-Kassasbeh, salah satu video ISIS memperlihatkan seorang anak laki-laki menyaksikan pembunuhan yang dilakukan di depan publik di Raqqa, mengatakan bahwa ia akan “membakar si pilot” sendiri jika ia mendapat kesempatan.
[Gambas:Video CNN]Anak-anak khalifahContoh-contoh itu adalah salah satu upaya ISIS untuk memasukkan anak-anak sebagai bagian dari kampanye brutal mereka.
CNN melansir, ISIS juga pernah mempromosikan video yang menunjukkan sejumlah anak laki-laki mendapat pelatihan bertempur, beberapa dari mereka mengenakan penutup wajah, memegang peluru dan mengibarkan bendera kelompok militan itu.
ISIS menjuluki anak-anak itu sebagai ‘singa muda khalifah’.
ISIS telah mengambil alih sekolah-sekolah dengan tujuan mendoktrin anak-anak. Human Rights Watch mengatakan bahwa ISIS dan kelompok-kelompok ekstremis lainnya "secara khusus merekrut anak-anak melalui kampanye sekolah gratis yang mencakup pelatihan senjata dan memberi mereka tugas-tugas berbahaya, termasuk misi bom bunuh diri."
PBB mengatakan terdapat laporan yang telah dikonfirmasi bahwa anak-anak berumur 12 tahun menjalani pelatihan militer.
November lalu,
seorang anak laki-laki berusia 15 tahun mengaku kepada CNN pengalamannya saat bersama ISIS. Ia mengikuti jejak ayahnya yang bergabung dengan Front al-Nusra, dan ketika daerah mereka direbut ISIS, mereka beralih ke ISIS.
Ia berhasil melarikan diri ke Turki, namun sebelumnya tubuhnya secara rutin dibalut dengan rompi peledak sambil menenteng senapan AK-47, berjaga di pos pemeriksaan ISIS di sebuah kota di Suriah.
Seorang anak laki-laki lain mengatakan pada CNN tahun lalu bahwa ISIS memaksa ayahnya untuk mengirimnya ke salah satu kamp anak-anak di sebelah utara Suriah saat ia berusia 13 tahun.
[Gambas:Video CNN]“Selama 30 hari saya terbangun dan lari, sarapan, lalu belajar al-Quran dan Hadist. Kemudian kami berlatih menggunakan senjata, Kalashnikov dan peralatan militer lain,” ujar anak yang berhasil melarikan diri bersama keluarganya ke Turki itu.
Beberapa militan di kamp itu baik, kadang bercanda dan tertawa dengan anak-anak muda yang mereka rekrut, sementara yang lain mengawasi mereka dengan tajam, ingat anak itu.
“Mereka membawa anak-anak ke kamp agar dicambuk. Saat kami pergi ke masjid, mereka memerintahkan kami untuk datang lagi di hari berikutnya di waktu tertentu untuk menyakrikan pemenggalan, penyambukan atau pelemparan batu,” ujarnya.
Aktivis Suriah mengatakan bahwa beberapa dari anak-anak yang didoktrin dan dilatih di kamp pelatihan itu sudah terbunuh di garis depan pertempuran.
Dengan media sosialISIS sudah lama menggunakan media sosial secara maksimal untuk merekrut dan menyebarkan ideologi mereka.
Perginya tiga gadis Inggris ke Suriah Februari lalu merupakan contoh terbaru dari lihainya kelompok militan itu untuk menarik anak-anak muda dari Barat agar bergabung dengan mereka.
Pihak berwenang di negara-negara Barat, mengatakan bahwa ISIS menciptakan narasi palsu mengenai apa yang terjadi di wilayah mereka.
“Mesin propaganda ISIS yang kita perangi adalah sesuatu yang belum kita saksikan sebelumnya," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki bulan lalu.
(stu)