Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah Kementerian Luar Negeri Indonesia menebar permintaan pertolongan, akhirnya pemerintah Argentina dan Amerika Serikat mengerahkan bala bantuan untuk mencari 21 warga negara Indonesia yang hilang bersama kapal berbendera Taiwan pada 26 Februari lalu di perairan Atlantik.
"Pemerintah Argentina kemarin (12/3) jam 07.00 sudah mengerahkan satu kapal angkatan lautnya untuk melakukan pencarian dengan personel 400 orang," ujar Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWI-BHI) Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal, setelah menggelar rapat di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat (13/2).
Tak hanya itu, Taiwan juga telah menghubungi perwakilannya di Argentina untuk menginstruksikan seluruh kapal berbendera Taiwan agar turut mencari keberadaan kapal tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permintaan ini bukan tanpa alasan. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari otoritas perikanan Taiwan, kapal tersebut terakhir kali terlacak berada di 1.600 mil laut dari Argentina dan 1.100 mil laut dari Falkland atau Malvinas.
Selain itu, otoritas Taiwan juga membantu dengan menghubungi pihak Amerika Serikat yang ternyata membuahkan hasil.
"Pihak Taiwan juga sudah berkoordinasi dengan Amerika untuk menggunakan teknologi satelit untuk melakukan pemantauan juga," tutur Iqbal.
Menurut Iqbal, Kemlu akan terus mendesak otoritas Taiwan untuk melakukan upaya pencarian.
Sebelumnya, Iqbal menyatakan kekecewaannya lantaran Taiwan terlambat memberi kabar kepada Indonesia mengenai hilangnya kapal ini.
Kapal yang membawa 49 awak tersebut hilang kontak pada 26 Februari sekitar pukul 03.00 waktu setempat.
"Kaptennya mengatakan ada kebocoran, di dek ada genangan air. Mereka mencoba untuk mengeringkan air itu. Jam 5 ditelepon lagi, owner sudah uncontactable," tutur Iqbal pada Selasa (10/3).
Menurut penuturan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Christiawan Nasir, pemilik kapal sendiri memang terlambat memberi kabar kepada otoritas Taiwan, yaitu pada 2 Maret. Namun, otoritas Taiwan juga lamban memberi informasi kepada Indonesia.
"KDEI baru diberi tahu coast guard pada 9 Maret. Ada gap panjang di sini. Ini yang kami sayangkan," ucap Arrmanatha.
Menurut Iqbal, otoritas Taiwan seharusnya langsung mengabarkan insiden ini ke pemerintah Indonesia.
"Tidak perlu menunggu sampai kepastian dia hilang atau tidak seharusnya langsung beri kabar ke Indonesia," ujar Iqbal.
Kapal Hsiang Fu Chun berbobot 700 ton ini merupakan kapal penangkap cumi-cumi. Di dalam kapal itu terdapat dua warga Taiwan, yaitu kapten kapal dan kepala kamar mesin. Selain itu, terdapat 11 pelaut asal Tiongkok, 21 ABK Indonesia, 13 warga Filipina, dan dua orang lainnya asal Vietnam.
Lebih jauh, Taiwan sebagai otoritas, menurut Iqbal, seharusnya langsung memberikan notifikasi kepada negara yang warganya mengalami masalah.
"Jika ada accident, negara yang punya warga negara di situ harus diberi notifikasi," kata Iqbal.
Namun, akhirnya otoritas Taiwan telah menyampaikan permohonan maafnya.
"Mereka sudah menyampaikan maaf secara lisan karena tidak terlebih dahulu memberi tahu Indonesia terkait hilangnya 21 WNI di kapal ikan mereka saat pertemuan KDEI (Kamar Dagang Ekonomi Indonesia) Taiwan dengan pihak otoritas perikanan mereka," kata Arrmanatha.
(stu)