Washington, CNN Indonesia -- Dana hibah dari badan intelijen Amerika Serikat, CIA, untuk biaya pembangunan pemerintahan dan keamanan di Afghanistan tahun 2010 malah digunakan untuk membayar tebusan pada al-Qaidah untuk pembebasan seorang diplomat.
Hal ini terungkap dari beberapa surat soal pembayaran tebusan yang ditemukan di tempat persembunyian Osama bin Laden di Abbottabad, Pakistan, saat pasukan Navy SEAL menyerbu dan menewaskan pemimpin al-Qaidah itu tahun 2011 silam.
Beberapa pejabat Afghanistan dan AS yang tidak disebut namanya mengonfirmasi hal ini pada New York Times dalam artikelnya akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam surat itu terungkap bahwa dana CIA sebesar US$1 juta (Rp13,1 miliar) digunakan untuk membayarkan tebusan US$5 juta (Rp65,8 miliar) untuk pembebasan diplomat Abdul Khaliq Farahi, mantan konsulat jenderal Afghanistan di Peshawar, Pakistan, yang telah disandera selama dua tahun sejak 2008 oleh al-Qaidah.
The Times menuliskan bahwa dana hibah CIA seharusnya digunakan oleh pemerintah Presiden Hamid Karzai saat itu untuk membiayai peperangan, pembentukan pemerintahan dan undang-undang, serta pengeluaran bagi perjalanan diplomat dan perumahan bagi pejabat tinggi.
Dalam surat kepada komandan tingginya, Atiyah Abdurrahman, Osama bin Laden mengaku khawatir uang itu akan diakali oleh CIA, seperti diberi racun, radiasi atau alat pelacak. Osama akhirnya meminta uang itu dikonversi ke mata uang setempat.
"Tuhan memberkahi kita dengan banyak uang bulan ini," tulis Rahman dalam suratnya pada Osama. Dia mengatakan uang itu akan digunakan untuk membeli senjata dan membiayai hidup keluarga anggota al-Qaidah yang ditahan di penjara.
Tidak jelas apakah CIA mengetahui soal penggunaan uang tersebut karena badan intelijen itu menolak berkomentar. Namun Amerika Serikat memiliki kebijakan tidak akan membayar tebusan pada organisasi teroris, termasuk al-Qaidah dan ISIS.
Dalam pemerintahan Karzai, CIA memberikan bantuan dana ratusan ribu hingga jutaan dollar setiap bulannya. Namun pada pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, bantuan AS melambat.
CIA menolak mengomentari laporan New York Times tersebut.
(den)