AS Mengkhawatirkan Risiko Hadirnya Iran di Konflik Irak

Ike Agestu/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 18 Mar 2015 09:54 WIB
Iran tak hanya menyediakan milisi dan penasehat perang, namun juga persenjataan berat yang dikhawatirkan menumbulkan konflik sektarian dengan Muslim Sunni Irak.
AS telah memperingatkan bahwa korban sipil atau pelanggaran lainnya oleh pasukan Irak dan milisi Syiah terhadap Muslim Sunni di Irak bisa berirsiko mengobarkan ketegangan sektarian(Reuters/Stringer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat mengkhawatirkan bagaimana persenjataan berat Iran digunakan di Irak, termasuk juga milisi Iran yang membantu pasukan pemerintah Irak dalam merebut kembali kota Tikrit dari militan ISIS.

Sebelumnya, dilaporkan terdapat dugaan adanya roket Iran di Irak. Para pejabat AS menolak untuk mengomentari persenjataan Iran tersebut setelah New York Times melaporkan persenjataan itu kemungkinan roket artileri termasuk Fajr-5 dan rudal Fateh-110.

Namun, pejabat AS mengatakan potensi penggunaan senjata berat Iran akan menimbulkan pertanyaan tentang risiko akan korban sipil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mencatat upaya AS untuk memastikan ketepatan dalam serangan tersebut.

"Perhatian utama kami adalah bagaimana senjata—artileri, roket atau sistem lainnya—bekerja dan potensi korban sipil atau kerusakan kolateral," kata seorang pejabat AS yang kedua, menolak berkomentar secara khusus mengenai senjata Iran.

Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa korban sipil atau pelanggaran lainnya oleh pasukan Irak dan milisi Syiah terhadap Muslim Sunni di Irak bisa berirsiko mengobarkan ketegangan sektarian, yang ditakutkan justru membantu membuka jalan bagi kemajuan ISIS seperti saat mereka merebut wilayah-wilayah Irak musim panas tahun lalu.

Di Departemen Luar Negeri, juru bicara Jen Psaki mencatat bahwa Amerika Serikat sebelumnya telah mengakui pemberian persediaan dari Iran seperti senjata, amunisi dan pesawat untuk pasukan di Irak.

"Kami terus menekankan bahwa itu penting bahwa tindakan tidak menaikkan… ketegangan sektarian," kata Psaki, tanpa menyebut secara spesifik soal persenjataan Iran.

Jika pemerintah pimpinan Syiah Irak merebut kembali Tikrit sepenuhnya, itu akan menjadi kota  besar pertama yang direbut, yang akan memberi momentum bagi mereka untuk merebut kota besar lainnya: Mosul, kota terbesar di utara Irak.

Di lapangan, tak hanya serangan dari pihak Iran yang berisiko menjatuhkan korban sipil, namun juga serangan udara pasukan koalisi pimpinan AS. Jaringan Hak Asasi Manusia Turki (SNHR) melaporkan, sejak serangan udara dimulai pada 23 September lalu, total warga sipil yang turut menjadi korban mencapai 103 orang, termasuk 11 perempuan dan 11 anak-anak. (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER