Ragam Profesi Warga Indonesia di Dapur ISIS

Sandy Indra Pratama | CNN Indonesia
Minggu, 15 Mar 2015 06:41 WIB
Ada upah besar menunggu para warga Indonesia di Suriah. ISIS disebut-sebut menawarkan bayaran Rp 20 juta lebih untuk masa satu bulan atau bahkan satu pekan.
(Ilustrasi: Astari Kusumawardhani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bergabungnya para simpatisan Negara Islam untuk Irak dan Suriah (ISIS) dari Tanah Air sudah bukan isu baru. Setidaknya, berdasarkan data dari pemerintah menyebutkan ada 514 orang Indonesia yang sudah disinyalir tertaut gerakan teroris itu.

Kepada CNN Indonesia, Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) Arief Dharmawan, mengungkapkan selain tawaran klasik berupa penampungan aspirasi semangat “jihad”, faktor bujuk rayu materi belakangan diketahui menjadi motivasi lain bagi para warga Indonesia untuk bergabung dengan ISIS.

“Melayani dapur umum, bekerja untuk keseharian bagi para milisi seperti menjadi sopir, atau bahkan menjadi pembantu rumah tangga merupakan ragam profesi yang diambil oleh warga Indonesia yang bergabung,” kata Arief. Informasi ini BNPT dapatkan dari hasil telaahan terhadap pola-pola pemberangkatan yang sudah terdeteksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Soal bayaran, kata Arief, meski belum jelas benar tapi ia meyakini ada upah yang besar menunggu para warga Indonesia di Suriah. Informasi terakhir diketahui ISIS menawarkan bayaran sebesar US$ 2.000 atau setara Rp 20 juta lebih untuk masa satu bulan atau bahkan satu pekan.

”Belum jelas benar soal besaran, namun saya yakin ada iming-iming harta selain hanya menampung syahwat jihad versi mereka,” katanya.

Terakhir diketahui, Pemerintah Turki telah menahan 16 warga Indonesia yang hendak menyeberang ke Suriah pada Rabu pekan lalu. Sebelumnya, ada sebanyak 16 warga Indonesia dikabarkan menghilang ketika mereka berkunjung ke Turki dengan menggunakan biro perjalanan resmi Smailing Tour dari Indonesia.

Sementara itu, masih dari data telaahan BNPT menyebutkan hanya segelintir saja warga Indonesia yang bisa  masuk dan berada di garis depan ISIS. Paling banyak, kata Arief, jumlahnya hanya berkisar 50 orang saja.

“Sedikit yang ikut bertempur di garis depan, menurut informasi cukup sulit untuk bisa mendapatkan kepercayaan bertempur di garis depan,” ujarnya.

Menjadi apapun warga Indonesia di dapur ISIS sebenarnya bukan isu yang harus dicermati. Namun, bagaimana negara bisa mencegah warganya agar tak terbujuk rayu oleh gerakan teroris dan membahayakan warga lainnya adalah tugas utama pemerintahan Joko Widodo. (sip/obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER