Jakarta, CNN Indonesia -- Singapura dirundung duka ketika Perdana Menteri pertama mereka, Lee Kuan Yew, mengembuskan nafas terakhirnya pada Senin (23/3) dini hari waktu setempat. Perdana Menteri Singapura yang merupakan putra sulung Lee, Lee Hsien Loong, mencanangkan pekan duka, mulai Senin hingga Ahad (29/3).
Seperti dilansir Channel NewsAsia, suasana berkabung akan ditandai dengan dikibarkannya bendera setengah tiang di seluruh gedung pemerintahan dari Senin hingga Minggu mendatang.
Keluarga Lee sendiri akan menggelar upacara tertutup selama dua hari, yaitu Senin sampai Selasa di Sri Temasek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guna memberikan kesempatan bagi warga Singapura untuk memberikan penghormatan terakhirnya, jasad Lee akan dibaringkan di Gedung Parlemen dari Rabu hingga Sabtu ini. Pintu Gedung Parlemen terbuka bagi rakyat mulai pukul 10.00 hingga 20.00 setiap harinya.
Warga juga dipersilakan menaruh karangan bunga di depan Gerbang Utama Istana selama sepekan ini. Rakyat juga dapat berbagi kenangan mengenai Lee dalam laman resmi https://www.rememberingleekuanyew.sg.
Setelah sepekan berkabung, pemakaman kenegaraan akan digelar pada Minggu pukul 14.00 di Pusat Kebudayaan Universitas di Universitas Negeri Singapura.
Prosesi pemakaman tersebut akan dihadiri oleh keluarga, rekan, staf, Presiden Singapura beserta jajaran menteri dalam kabinet, Anggota Parlemen, penasihat, pejabat senior, pemimpin rakyat, dan warga Singapura. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, juga dilaporkan akan hadir dalam upacara tersebut.
Usai upacara kenegaraan, jenazah Lee akan dikremasi di Krematorium Mandai.
Lee Kuan Yew merupakan Perdana Menteri Singapura pertama. Lee menjabat dari tahun 1959 hingga mengundurkan diri pada tahun 1990.
Menggadang Lee sebagai inspirasi bagi dunia dianggap sangat pantas oleh banyak kalangan. Selama masa kepemimpinan Lee, Singapura berkembang dari negara golongan Dunia Ketiga menjadi salah satu negara maju di dunia, meskipun hanya mempunyai sedikit penduduk dan sumber daya alam.
Dari berbagai pemberitaan, Lee kerap berkata bahwa satu-satunya sumber daya alam Singapura adalah rakyatnya dan tekad mereka dalam bekerja.
Selama menjabat, Lee menerima berbagai tanda penghargaan, termasuk "Order of the Companions of Honour" pada 1970, "Knight Grand Cross of the Order of St Michael and St George" pada 1972, "Freedom of the City" di London pada 1982, "Order of the Crown of Johore First Class" pada 1984 dan "Order of the Rising Sun" pada 1967.
Lee juga sempat menulis dua buku memoar. Buku bertajuk "The Singapore Story" berisikan pandangan Lee mengenai sejarah Singapura hingga negara itu keluar dari Federasi Malaysia pada 1965. Dalam buku lainnya, "From Third World to First: The Singapore Story," Lee menuangkan pandangannya mengenai perubahan Singapura menjadi negara maju.
Awal Februari lalu, Lee dilaporkan menderita penyakit pneumonia parah dan dirawat di rumah sakit.
Seperti dilansir Reuters, Lee meninggal di Rumah Sakit General, Singapura pada pukul 3.18 waktu setempat.
(stu)