Jakarta, CNN Indonesia -- Bahkan dengan standar aliansi Afghanistan yang kerap berubah-ubah, pertemuan antara pemimpin etnis Hazara dan komandan lokal Taliban yang selama bertahun-tahun menganiaya mereka yang baru-baru ini terjadi sangat luar biasa.
Hazara adalah etnis minoritas Syiah yang dibunuhi oleh kelompok garis keras Taliban selama memerintah Afghanistan pada 1990an. Namun etnis Hazara bahkan meminta perlindungan dari musuh bebuyutan mereka dari ancaman lebih besar yang mereka takutkan: Daesh, sebutan untuk ISIS.
Mensinyalir waktu yang telah berubah, komandan Taliban setuju untuk menolong mereka, kata Abdul Khaliq Yaqubi, salah satu ketua yang ikut pertemuan yang diselenggarakan di provinsi sebelah timur Afghanistan, Ghazni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesepakatan tak biasa ini adalah salah satu pentunjuk lagi terkait kekhawatiran Afghanistan akan ancam ISIS yang mulai menargetkan negara itu untuk menjadi basis mereka selanjutnya.
Penculikan etnis HazaraBeberapa waktu lalu, dua kelompok Hazara yang sedang bepergian diculik. Pertama sekitar 30 orang Hazara diculik dari dalam bus di provinsi Habul. Selang beberapa minggu, pada 15 Maret, delapan lainnya juga diculik di provinsi Ghazni. Meski begitu, di penculikan kedua, tujuh orang langsung dilepaskan, dan penculik hanya menahan satu orang.
Minggu lalu, ratusan enis Hazara menggelar protes agar rekan mereka dibebaskan.
Meski tak ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab, banyak yang menuduh bahwa ISIS pelakunya.
"Daesh adalah fenomena yang sangat berbahaya," kata Ahmad Ali, seorang pemrotes.
Baru-baru ini, beredar pula sebuah
video yang menunjukkan ISIS sedang melakukan perekrutan di Afghanistan. Dalam video, terlihat beberapa orang yang diduga sebagai perekrut, berbicara soal ideologi jihad di depan banyak orang, dan mengaku baru kembali dari bertempur bersama ISIS di Suriah.
Kehadiran ISIS di Afghanistan meningkatkan kekhawatiran di negara yang memang sudah tercedera oleh banyaknya kelompok militan.
Namun ketakutan terutama menghantui kalangan agama minoritas seperti Hazara, yang khawatir pengaruh anti-Syiah ISIS bisa memperkenalkan dimensi baru perselisihan sektarian perang diantara Sunni-Syiah di Afghanistan.
"Apakah Daesh ada atau tidak, dampak psikologis sangat berbahaya di Ghazni, yang merupakan rumah bagi semua etnis," kata Deputi Gubernur Ghazni Mohammad Ali Ahmadi, dikutip dari Reuters, Senin (23/3).
“Ini akan dengan sangat mudah menaikkan tensi,” ujarnya.
Pejuang meningkatTak seperti Irak dan Suriah, ISIS tak mengontrol teritori Afghanistan dan beroperasi di seputar pejuang lokal.
Namun laporan menunjukkan bahwa militan yang mengaku ISIS meningkat di Afghanistan. Di Kandahar, tempat lahirnya Taliban, bentrok senjata antara militan Taliban dan ISIS telah dilaporkan terjadi.
Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon menyampaikan laporan bahwa beberapa petinggi Taliban telah mendeklarasikan mereka beraliansi dengan ISIS dan mencari dukungan baik terkait dana ataupu kerja sama untuk ISIS.
Namun laporan itu juga menyatakan bahwa "tidak ada indikasi atau dukungan sistematis yang meluas” bagi para militan Afghanistan untuk pemimpin ISIS di Timur Tengah.
(stu)