Opium dan Kelompok Militan Merajalela di Afghanistan

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 18 Feb 2015 17:54 WIB
Provinsi Farah, daerah terpencil di Afghanistan, merepresentasikan kondisi negara itu yang dipenuhi perdagangan narkoba dan kekerasan militan.
Petani opium di provinsi Farah, Afghanistan barat, dapat memanen hingga 6 kg opium pada masa panen. (Reuters/Omar Sobhani)
Kabul, CNN Indonesia -- Di sebuah ladang yang berjarak kurang dari 10 menit berkendara dari markas intelijen Provinsi Farah, yang terpencil Afghanistan barat, para petani menanam tanaman opium ilegal pertama mereka untuk tahun ini.

Pejabat pemerintah memperkirakan kelompok militan Taliban menguasai setengah dari provinsi yang berbatasan dengan Iran tersebut. Warga desa Khaki Safed merasa khawatir dan menyatakan bahwa mantan komandan Taliban memimpin puluhan orang bersenjata yang telah berbaiat kepada kelompok militan ISIS.

Provinsi Farah merepresentasikan bahwa kejahatan, kelompok militan, opium ilegal, dan lemahnya kendali pemerintah menjadi wajah Afghanistan saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga setempat menyatakan permasalahan kian meningkat setelah pasukan asing mundur pada awal 2013.

"Ada empat administrasi di Khaki Safed, salah satunya adalah posisi gubernur. Tiga lainnya adalah polisi setempat Afghanistan, kelompok Taliban, dan Daesh," kata Benyamin Akhunzada, seorang petani opium berusia 50-an, dikutip dari Reuters, pada Rabu (18/2).

'Daesh', yang disebutkan Akhunzada, merupakan nama lain dari kelompok militan ISIS.

"Keempat posisi administrasi telah melecehkan penduduk setempat. Tak satu pun dari mereka melayani bangsa, melainkan hanya mengambil keuntungan," kata Akhunzada di ibukota provinsi Farah.

Akhunzada mengakui bahwa dia dapat memanen sekitar 4-6 kg opium untuk dijual setelah ia menyerahkan sebagian dari hasil panennya kepada kelompok bersenjata dalam bentuk "pajak".

Sementara sisanya, dia jual kepada penyelundup, yang tahun ini membayar sekitar 9.450 Afghan, atau setara dengan Rp2 juta per kg opium yang dibungkus plastik.

Asif Nang, Gubernur Farah yang akan datang, menyatakan dia berjuang untuk menerapkan kebijakannya di daerah yang terkenal penuh militan tersebut.

"Keamanan adalah prioritas. Saya memprioritaskan sebagian besar waktu saya untuk daerah ini...tapi sayangnya, karena manajemen kantor gubernur yang lemah, kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Nang kepada Reuters di kediamannya yang dijaga ketat oleh puluhan petugas keamanan Provinsi Farah.

Bertindak seperti Godfathers

Ladang opium milik Akhunzada dan hubungan komersial yang dia bangun dengan sejumlah kelompok bersenjata dan pelaku kriminal, menggambarkan masalah nasional di Afghanistan.

Panen opium di Provinsi Farah telah meningkat hingga dua kali lipat dalam lima tahun terakhir, menjadikan daerah ini penghasil opium terbesar ketiga di Afghanistan, dan menempati posisi kunci dalam jaringan penyelundupan narkotika.

Afghanistan memproduksi sekitar 90 persen dari opium terlarang di dunia, menjadikan narkotika sebagai sumber pendapatan utama untuk jaringan Taliban, geng mafia dan politisi.

Andrey Avetisyan, Kepala Daerah untuk Komisi PBB untuk Narkoba dan Kejahatan, menyatakan narkotika menimbulkan ancaman terbesar bagi stabilitas di Afghanistan. Avetisyan juga menyatakan bahwa panen opium kemungkinan besar akan meningkat pada tahun 2015.

PBB memperkirakan nilai penjualan opium di Afghanistan mencapai US$850 juta, atau setara dengan Rp10,7 triliun pada tahun 2014.

Petugas keamanan Afghanistan terlihat berjaga di daerah terpencil di Provinsi Farah, Afghanistan barat. (Reuters/Omar Sobhani)
PBB mencatat nilai ekspor opium jauh lebih tinggi dari angka tersebut. PBB memprediksi kelompok Taliban mendapatkan puluhan, atau bahkan ratusan juta dolar per tahun hanya dari pajak perdagangan opium.

Sementara, kelompok militan Taliban, yang ingin menerapkan hukum syariah yang ketat di Afghanistan, menampik tuduhan mereka memaksa petani untuk membayar "pajak" opium. Taliban berdalih, uang yang mereka terima adalah sumbangan sukarela dari berbagai pihak.

Dewan Keamanan PBB bulan ini melaporkan Taliban memiliki pemasukan yang sangat besar dari laboratorium heroin, pertambangan batu rubi dan zamrud ilegal, serta uang tebusan dari penculikan.

"Mereka semakin bertindak lebih seperti 'godfather' daripada sebagai 'pemerintah selanjutnya'," bunyi pernyataan PBB, dikutip dari Reuters.

Hal tersebut dinilai dapat memperumit upaya untuk perundingkan damai yang digagas Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani.

Tahun lalu, tercatat jumlah warga sipil Afghanistan yang tewas dalam kekerasan militan meningkat. Sekitar 5.000 personil keamanan juga tewas, meskipun NATO telah memberikan bantuan kepada pasukan pemerintah selama 13 tahun terakhir.

Bertempur hingga titik darah penghabisan

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pemerintahan Kabul saat ini adalah merebut kembali daerah terpencil dari tangan kelompok militan.

Mayor Jenderal Mohammad Taj Jahid, komandan militer Angkatan Darat Nasional untuk wilayah Afghanistan Barat, baru-baru ini mengunjungi Provinsi Farah.

"Secara keseluruhan, (opium) menjadi masalah besar yang harus diperhatikan semua warga Afghanistan, namun pemerintah akan melawannya," katanya kepada Reuters.

"Kami tidak khawatir tentang kelompok-kelompok kecil seperti Taliban atau Daesh, yang menyembunyikan diri di gunung atau gua. Kami akan berjuang sampai titik darah penghabisan melawan mereka yang melawan hukum kami," kata Jahid melanjutkan.

Sementara, penduduk setempat mengaku khawatir akan ancaman kekerasan di Provinsi Farah yang dilakukan oleh kelompok militan baru yang dipimpin oleh mantan komandan Taliban Mullah Abdul Raziq Mehdi.

Penduduk mengungkapkan, mereka takut kelompok tersebut akan meluncurkan eksekusi kejam seperti yang dilakukan ISIS.

Seperti Mehdi, beberapa pemimpin kelompok pemberontak Taliban telah berjanji setia kepada ISIS dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun demikian, sangat kecil kemungkinan terjadi hubungan operasional antara ISIS di Suriah dan Irak dengan kelompok pemberontak di Afghanistan.

Petani dari Khaki Safed menggambarkan bahwa kelompok "ISIS lokal" yang dipimpin oleh Mehdi memiliki 30 hingga 100 anggota, yang mengenakan pakaian hitam dan tutup kepala.

Kelompok tersebut biasanya terlihat tengah mengendarai truk pick-up yang penuh dengan senjata seperti mortir, AK-47 dan sejumlah senapan mesin berat.

"Warga telah mendengar tentang kebrutalan Daesh dan karenanya, kami ketakutan," kata Abdul Ghafor, seorang tetua dari desa Khaki Safed.

Di sisi lain, Khodaidad, kepala desa yang baru ditunjuk, menyatakan tidak dapat menunaikan tugasnya karena pendahulunya yang telah dipecat menolak untuk mundur, karena takut daerah tersebut akan jatuh ke tangan Taliban.

Untuk saat ini, Khodaidad menjabat dari Provinsi Farah, daerah yang kini dipenuhi oleh pusat perbelanjaan dan rumah-rumah sederhana. Konstruksi terlihat berjalan pesat di provinsi ini, diduga dari hasil perdagangan narkoba. Meskipun demikian, pecandu opium di Farah pun diperkirakan terus meningkat. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER