Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah maskapai penerbangan pada Kamis (26/3) bergegas mengubah peraturan mereka dengan mengharuskan dua awak pesawat berada di dalam kokpit selama penerbangan berlangsung.
Langkah ini dilakukan menyusul terungkapnya tindakan kopilot Germanwings yang mengunci diri sendiri di dalam kokpit dan memprogram penukikan tajam yang menyebabkan pesawat nahas itu menabrak lereng Gunung Alpen, Selasa (24/3).
Peraturan seperti ini sebenarnya telah diterapkan di Amerika Serikat. Namun, di banyak negara, salah seorang pilot diperbolehkan meninggalkan kokpit, misalnya untuk ke toilet, asalkan ada pilot lainnya yang mengendalikan penerbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itulah yang terjadi pada menit-menit terakhir pesawat Germanwings 9525 sebelum menghantam lereng gunung Alpen dan menewaskan 150 orang di dalamnya. Hasil penyelidikan kotak hitam mengungkapkan bahwa kopilot Andreas Lubitz, 27 tahun, mengunci pintu kokpit sehingga kapten pilot, yang kembali dari toilet, tak bisa masuk.
Dilaporkan Reuters, sejumlah maskapai yang kini mengharuskan dua awak di dalam ruang kokpit di antaranya adalah Norwegian Air Shuttle, EasyJet (Inggris), Air Canada, Air New Zealand dan Air Berlin.
Maskapai Kanada menyatakan akan segera memberlakukan aturan tersebut pada semua penerbangan mereka. Semenyata maskapai Ryanair, yang telah lebih dulu menerapkan peraturan ini, menyosialiasikan peraturan ini kepada para penumpang.
Namun, tidak semua maskapai penerbangan menerapkan peraturan tersebut. Salah satu maskapai yang tidak menerapkan peraturan semacam ini adalah Lufthansa, induk perusahaan dari Germanwings.
CEO Lufthansa, Carsten Spohr, menyakini bahwa peraturan semacam ini tidak diperlukan.
"Saya tidak yakin prosedur kami perlu diubah. Ini contoh kasus yang khusus. Tapi kita akan meninjau hal ini dengan berbagai ahli di Lufthansa dan pemerintah. Kita tidak boleh kehilangan kendali dan membuat keputusan jangka pendek," kata Spohr, dikutip dari Reuters.
Namun, dalam sebuah wawancara dengan media Jerman ARD, Spohr menyatakan akan membahas masalah tersebut dengan otoritas penerbangan Jerman.
"Kita akan lihat apakah ada langkah-langkah yang dapat diambil dengan cepat untuk lebih meningkatkan keamanan," kata Spohr.
Asosiasi penerbangan Jerman, BDL, menyatakan bahwa semua penerbangan di Jerman, termasuk Lufthansa, telah sepakat untuk membahas perubahan aturan tersebut.
"Hari ini kami berbicara dengan semua anggota kami tentang berbagai kemungkinan. Kami akan memperkenalkan prosedur ini baru tanpa penundaan," kata direktur BDL, Matthias von Randow kepada Reuters.
Sementara itu, maskapai Australia Qantas Airways Ltd dan Singapore Airlines Ltd memastikan mereka memiliki sistem keamanan yang ketat dan berlapis-lapis untuk mencegah kejadian serupa, namun menolak berkomentar lebih lanjut terkait penerapan peraturan tersebut.
Peraturan dua awak di dalam kokpit dipastikan akan memicu perdebatan lebih lanjut. Sejak serangan 11 September di Amerika Serikat, seluruh maskapai menerapkan agar pintu kokpit tidak dapat dibuka ketika terkunci dari dalam.
Namun, gagasan bahwa sang pilot sendiri dapat menyebabkan bahaya menjadi alasan untuk memeriksa kembali kebijakan tersebut.
"Saat ini kami memiliki pertanyaan sebaliknya: apakah kita harus memblokir pintu (kokpit)?" kata mantan penyidik kecelakaan Perancis, Alain Bouillard.
(ama/stu)