Kisah WNI di Yaman Hidup di Bawah Bayang Houthi

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Mar 2015 11:35 WIB
Mahasiswa asal Indonesia mengatakan kelompok Houthi ini sangat berbahaya, mereka berkeliaran di jalan-jalan, beberapa memakai pakaian sipil dan bersenjata.
Mahasiswa asal Indonesia mengatakan kelompok Houthi ini sangat berbahaya, mereka berkeliaran di jalan-jalan, beberapa memakai pakaian sipil dan bersenjata. (REUTERS/Khaled Abdullah)
Sanaa, CNN Indonesia -- Yaman menjadi negara yang mencekam bagi warga asing sejak dikuasai oleh pemberontak Houthi, tidak terkecuali mahasiswa Indonesia. Para mahasiswa ini harus berhadapan dengan Houthi yang kini memegang seluruh kerja pemerintahan, termasuk soal perizinan.

Mahasiswa Andalus University di Sanaa, Muhammad Kholil, mengatakan bahwa kelompok Houthi ini sangat berbahaya, mereka berkeliaran di jalan-jalan, beberapa memakai pakaian sipil dan bersenjata.

"Mereka tidak mengerti dasar hukum, jadi terserah mereka sendiri," ujar pria 23 tahun ini kepada CNN Indonesia, Sabtu (28/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kholil mengatakan bahwa Houthi memegang 100 persen kekuasaan di Sanaa, mulai pemerintahan hingga perizinan bagi pelajar, semuanya harus dengan persetujuan dan tanda tangan mereka.

"Izin keluar dan izin tinggal sangat sulit. Pada pemerintahan sebelumnya mahasiswa harus menyogok agar dapat izin -sogok menyogok biasa di pemerintahan Yaman- tapi kini tidak bisa. Selain itu sebagian paspor WNI ditahan karena universitas mereka tidak punya uang membayar Houthi," ujar Kholil.

Untuk sebagian WNI, Houthi ibarat mimpi buruk. Mahasiswa Indonesia yang datang dari Darrul Hadits, Dammaj, diperlakukan buruk oleh Houthi. Mereka tidak diberi izin tinggal, dicekal dan ditangkap.

"Kelompok WNI dari Dammaj mendapatkan tekanan dari Houthi. Mereka tidak diberi izin tinggal, dicekal dan ditangkap. Beberapa terpaksa tinggal di masjid setelah keluar dari Dammaj," lanjut Kholil.

Darrul Hadits di Dammaj menjadi medan perang pada tahun 2013 lalu saat kelompok Syiah Houthi menyerang pesantren tersebut. Beberapa WNI tewas dalam serangan Houthi saat itu. Untuk menghindari Houthi, Darrul Hadits memindahkan praktik belajar dan mengajar mereka ke Sanaa.

Kholil mengatakan tiga santri Darrul Hadits yang tinggal di masjid di Sanaa ditangkap oleh Houthi menyusul serangan ke dua masjid yang menewaskan ratusan orang beberapa waktu lalu. Penangkapan dilakukan karena mereka tidak punya izin tinggal.

"Mereka semua ditangkap Houthi, hingga kini tidak ada beritanya," kata mahasiswa jurusan dirasat Islamiya ini.

Pejabat Kementerian Luar Negeri RI belum bisa dihubungi untuk mengonfirmasi soal penangkapan ini.

Saat ini Yaman tengah dibombardir oleh Arab Saudi dan sembilan negara lainnya untuk memberantas Houthi. Kholil mengatakan situasi ini membuat beberapa WNI mengungsi ke KBRI. Selain itu, keadaan yang tidak aman membuat para WNI takut ke luar rumah.

"Kami tidak berani keluar rumah jauh-jauh. Beberapa hari ini kurang aman, jadi kami di rumah saja. Keluar hanya untuk beli makan. Kami di perumahan, keluar dari sini, banyak tentara Houthi berkeliaran," ujar Kholil.

Kini, sebanyak 4.159 WNI masih menetap di berbagai kawasan di Yaman. Jumlah tersebut terbagi menjadi 2.686 mahasiswa 1.488 buruh migran. Sejak pemerintah mengumumkan rencana evakuasi pada Februari lalu, 175 orang mendaftar dan 141 di antaranya sudah tiba di Tanah Air. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER