Palang Merah Serukan Gencatan Senjata Sehari di Yaman

Sandy Indra Pratama | CNN Indonesia
Minggu, 05 Apr 2015 00:50 WIB
Banyaknya korban yang tak mendapatkan perawatan medis yang baik menjadi alasan palang merah untuk meminta hal itu kepada para pihak yang bertikai.
Ilustrasi dahsyatnya pertemuran di Yaman. (REUTERS/Stringer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Palang Merah Internasional menyerukan agar digelar gencatan senjata selama 24 jam di Yaman. Banyaknya korban yang tak mendapatkan perawatan medis yang baik menjadi alasan palang merah untuk meminta hal itu kepada para pihak yang bertikai.

Menurut organisasi kemanusiaan itu, gencatan senjata sangat diperlukan terutama kota Aden dan kota-kota pelabuhan sekitarnya, Seperti diketahui, nyaris dua pekan berturut-turut kota-kota yang disebut dilanda peperangan dan bombardir dari pesawat-pesawat koalisi negara teluk.


“Jika tak ada jeda, makin banyak orang akan mati, hitungan harapan hidup mereka sudah bukan lagi hari melainkan jam saat ini,” kata Robert Mardini, kepala operasi ICRC di Timur Tengah seperti dikutip dari CNN, Sabtu (4/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Palang Merah Internasional menyatakan banyak bantuan yang akan mereka salurkan masih tertahan di beberapa bandara dan pelabuhan di sekitar Yaman. Tertahannya bantuan ini karena ICRC belum mendapatkan lampu hijau dari koalisi Teluk.

Rencananya bantuan yang akan disalurkan organisasi kemanusiaan ini berisikan obat-obatan dan peralatan sanitasi. Ada tiga paket bantuan yang tertahan. Satu paket bantuan bisa mengobati setidaknya 1.000 warga Yaman, paket bantuan lainnya berisi 30 ton obat-obatan dan peralatan sanitasi, dan yang terakhir adalah paket bantuan medis, yang membawa beberapa dokter dan ahli bedah.

Perserikatan bangsa-bangsa mencatat terdapat 519 korban tewas dan hampir 1.700 luka dalam dua pekan pertempuran di Yaman. Hal ini jelas menyiratkan perlunya bantuan kemanusiaan.

Kekerasan meningkat tajam di Yaman menyusul serangan udara pimpinan Saudi sejak 26 Maret untuk menghentikan kemajuan pemberontak Syiah Houthi, yang memaksa Presiden Abedrabbo Mansour Hadi lari ke Arab Saudi. (sip)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER