Jakarta, CNN Indonesia -- Hubungan Indonesia dan Australia dalam beberapa tahun terakhir diliputi sejumlah ketegangan, dari kasus penyadapan hingga eksekusi mati duo Bali Nine.
Menurut Duta besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson, panas dingin hubungan kedua negara sangat dapat dimaklumi, mengingat kedua negara sangat berbeda.
"Indonesia dan Australia akan selalu berbeda. Itu tak terelakkan," kata Grigson ketika ditemui CNN Indonesia di Tangerang, Kamis (9/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Grigson, yang mulai menjabat sejak akhir Januari lalu, menekankan pihaknya akan mencoba menjembatani perbedaan kedua negara.
"Saya akan mencoba menjembatani berbagai isu, termasuk hal-hal yang tidak kami setujui," kata Grigson.
Salah satu kepentingan kedua negara yang akan terus terjalin adalah soal bisnis peternakan sapi antar keduanya. Saat ini, Indonesia merupakan pasar sapi yang besar bagi Australia.
Pada kuarter pertama tahun ini, Australia mengekspor 60 ribu ekor sapi hidup. Pada kuarter kedua, Australia mengekspor 250.000 sapi hidup.
Akan Selalu BertetanggaDi balik sejumlah isu yang menerpa, Grigson mengungatkan bahwa Indonesia dan Australia akan selalu bertetangga, dan oleh sebab itu, keduanya akan selalu terkait dengan sejumlah kepentingan dan perbedaan.
Grigson berharap kerja sama di antara kedua negara, termasuk soal peternakan, juga dapat terus berjalan meskipun kedua negara diterpa sejumlah isu.
"Kita mencari cara memenuhi kepentingan masing-masing negara, termasuk soal bisnis," katanya.
Grigson juga akan terus mencoba menjembatani kedua negara terkait eksekusi duo Bali Nine, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan.
"Kita akan terus mencoba mencari opsi hukum yang ada, dan saya rasa Indonesia mengerti posisi kami," kata Grigson.
Hingga saat ini, eksekusi Sukumaran dan Chan masih belum ditetapkan karena proses hukum masih berjalan. Banding mereka untuk mendapatkan pengampunan ditolak oleh PTUN pada Senin (6/4). Pengacara keduanya berniat untuk mengajukan kasus ini ke Mahkamah Agung.
(ama/stu)