Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah 150 tahun insiden pembunuhan Abraham Lincoln terjadi, kini salah satu peninggalan saat-saat terakhir hidupnya akan diperiksa. Selimut penutup tubuh Lincoln setelah ditembak saat menonton drama di Washington itu akan dites untuk mendeteksi adanya kandungan darah Presiden Amerika Serikat ke-16 itu.
"Ini adalah hal paling seru yang akan saya kerjakan. Saya merinding. Tidak ada satu presiden pun dalam sejarah yang saya kagumi melebihi Lincoln," ujar ahli tekstil Universitas Wisconsin, Majid Sarmadi, seperti dikutip Reuters, Senin (13/4).
Selimut ini memiliki nilai sejarah tinggi dari masa lampau. Lincoln sedang menonton sebuah drama di Ford's Theatre ketika John Wilkes Booth menembaknya pada 14 April 1865, hanya berselang lima hari setelah Perang Sipil berakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lincoln langsung dilarikan ke Petersen House dan dibaringkan di tempat tidur. Selimut inilah yang diperkirakan digunakan untuk menghangatkan tubuh Lincoln. Ia ditemukan meninggal dunia keesokan paginya.
Pemilik Wisconsin State Journal yang sangat tertarik dengan artefak-artefak Lincoln, Richard Lloyd Jones, meminta selimut tersebut dari Keluarga Petersen pada 1907. Dua belas tahun kemudian, Jones memberikan selimut ini kepada Wisconsin Historical Society.
Seorang kurator sejarah sosial, Leslie Bellais, kerap menerima pertanyaan mengenai bercak di selimut tersebut yang terlihat seperti darah. Yayasan ini lantas memutuskan untuk menjalankan tes untuk memeriksa adanya kandungan darah dalam selimut tersebut.
"Jika kisah itu benar, maka itu semua terjadi dalam momen sangat penting dalam sejarah Amerika," ucap Bellais.
Sarmadi dan laboratorium kejahatan negara telah melakukan tes awal dan kemungkinan akan meminta Badan Investigasi Federal (FBI) untuk mengadakan pemeriksaan tersendiri. Sarmadi tidak akan mengungkap hasil pemeriksaan hingga benar-benar rampung.
Jika memang ditemukan darah, Samadi akan melanjutkan dengan proses pencocokan DNA dengan milik Lincoln yang kemungkinan tercecer di artefak lain. Namun, hingga saat ini belum ada tes DNA terhadap bantal dengan bercak darah Lincoln di museum Ford's Theatre karena takut akan merusaknya.
Kendati demikian, Bellais yakin teknologi masa kini dapat memudahkan proses identifikasi.
"Teknologi sekarang memungkinan untuk melakukan tes ini tanpa merusak barangnya. Saya tidak akan terkejut jika tak lama lagi kami akan memiliki data DNA Lincoln," katanya.
(stu/stu)