Rusia Cabut Larangan Pengiriman Rudal ke Iran, Israel Berang

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Selasa, 14 Apr 2015 13:06 WIB
Rusia mencabut larangan pengiriman sistem pertahanan rudal yang canggih ke Iran, yang sebelumnya tertunda. Terkait hal itu, Iran menuaikan kecamannya.
Rusia mencabut sanksi pengiriman sistem pertahanan rudal yang canggih ke Iran, yang sebelumnya tertunda. Terkait hal itu, Iran menuaikan kecamannya. (Ilustrasi/Reuters/KCNA)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Rusia mencabut larangan terhadap pengiriman sistem rudal pertahanan udara terhadap Iran pada Senin (13/4). Langkah yang diklaim Rusia sebagai upaya membantu keamanan regional ini dikecam oleh Israel yang telah lama mengkhawatirkan Iran akan membuat bom nuklir.

Dilansir dari Al-Arabiya, Rusia menandatangani kontrak US$800 juta, atau setara dengan Rp10,3 triliun untuk menjual sistem rudal S-300 ke Iran pada 2007 lalu. Penjualan itu kemudian ditangguhkan karena kecaman Amerika Serikat dan Israel.

Keputusan yang ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin pada Senin (13/4) memungkinkan pengiriman rudal ke Iran, yang memuji keputusan Rusia sebagai langkah menuju "keamanan abadi" di wilayah tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pengembangan kerjasama bilateral (dengan Rusia) dan dengan negara-negara tetangga di berbagai bidang dapat sangat efektif untuk meningkatkan stabilitas dan keamanan di wilayah tersebut," kata Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehqan, dikutip oleh kantor berita IRNA.

Tak lama setelah pengumuman itu, Israel menyatakan keputusan Rusia tersebut merupakan "akibat langsung" dari kesepakatan nuklir sementara yang disepakati antara enam negara besar dunia dengan Iran. Pasalnya, Rusia merupakan salah satu negara anggota perundingan nuklir Iran. 

"Ini adalah akibat langsung dari legitimasi yang Iran peroleh dari kesepakatan nuklir yang muncul," kata Menteri Kabinet Israel, Yuval Steinitz, dikutip dari The Independent, Senin (13/4).

Steinitz menambahkan bahwa kesepakatan pengiriman rudal ini menunjukkan bahwa Iran berencana untuk membeli lebih banyak senjata, dan tidak berfokus pada peningkatan kondisi kehidupan rakyatnya.

Israel juga mengecam keras kesepakatan nuklir sementara yang disepakati pekan lalu. Israel berjanji akan memberikan bantuan bagi Iran yang terkena sanksi ekonomi, asal negara itu benar-benar meninggalkan program nuklirnya.

Hingga saat ini, Israel menyakini bahwa Iran masih berniat untuk mengembangkan senjata nuklir.

Sementara, pemerintah Iran mengajukan gugatan pengadilan di Jenewa, dengan menuntut US$4 miliar atau senilai Rp51,8 triliun atas pelanggaran kontrak pengiriman rudal Rusia, namun pengadilan belum mengeluarkan putusan.

Rusia telah menegaskan bahwa keputusannya pada tahun 2010 untuk membekukan pengiriman rudal S-300 didasarkan pada sanksi Dewan Keamanan PBB yang dikenakan terhadap Iran atas program nuklirnya.

Iran menyetujui kerangka kesepakatan sementara dengan Amerika Serikat, Tiongkok, Perancis, Rusia, Inggris dan Jerman untuk membatasi kemampuannya memproduksi senjata nuklir pada awal April. Kesepakatan final rencananya akan dicapai pada 30 Juni mendatang.

Sementara, Pemimpin Tertinggi Iran terus menyerukan pencabutan sanksi ekonomi atas negaranya, sebelum kesepakatan final tercapai. Namun, AS bersikeras pencabutan sanksi akan dilakukan secara bertahap. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER