Erdogan Abaikan Pemungutan Suara Parlemen Eropa atas Armenia

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Rabu, 15 Apr 2015 19:34 WIB
Presiden Turki Tayyip Erdogan akan mengabaikan pemungutan suara Parlemen Eropa yang memutuskan apakan tragedi Armenia dapat disebut genosida.
Presiden Turki Tayyip Erdogan akan mengabaikan pemungutan suara Parlemen Eropa yang memutuskan apakan tragedi Armenia dapat disebut genosida. (Reuters/Ints Kalnins)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Tayyip Erdogan mengungkapkan bahwa Turki akan mengabaikan pemungutan suara Parlemen Eropa pada Rabu (14/4) yang akan memutuskan apakah pembunuhan massal terhadap warga Armenia dapat disebut sebagai genosida.

Parlemen Eropa akan menggelar diskusi yang berujung pada pemungutan suara untuk menandai peringatan 100 tahun pembunuhan 1,5 juta orang Armenia di bawah pemerintahan Ottoman Turki.

"Keputusan Parlemen Eropa terkait klaim genosida kepada warga Armenia akan masuk kuping kiri dan keluar dari kuping kanan," kata Erdogan dalam konferensi pers di bandara Ankara sebelum berangkat menuju Kazakhstan dalam rangka kunjungan resmi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah tak perlu dipertanyakan lagi noda dan bayangan yang disebut 'genosida' di Turki," kata Erdogan menampik klaim genosida yang sebelumnya dikemukakan oleh Paus Fransiskus, pada Ahad (12/4), dikutip dari Reuters.

Tindakan ini mendorong Turki untuk memanggil duta besar Vatikan, sekaligus memanggil pulang duta besar Turki untuk Vatikan untuk berkonsultasi.

Sementara para politisi dan Erdogan mengritik Paus, banyak warga Turki yang menganggap insiden ini sebagai pertikaian politik kosong dan mengungkapkan keengganan mereka mengungkit sejarah.

Komentar Erdogan sepertinya cenderung berfokus pada apakah Amerika Serikat, sekutu Turki di NATO, pada akhirnya akan menggunakan istilah "genosida" atas pembunuhan massal tersebut.

Tidak seperti banyak negara Eropa dan Amerika Selatan yang menggunakan istilah genosida, Washington menghindari dan memperingatkan legislatornya bahwa Ankara bisa menghentikan kerjasama militer jika mereka memilih untuk mengadopsi istilah genosida.

Istilah "genosida" telah lama digunakan para sejarawan Barat dan parlemen luar negari terhadap pembunuhan massal warga Armenia.

Warga Kristen Armenia tewas dalam bentrokan dengan tentara Ottoman yang dimulai pada tanggal 15 April 1915, ketika warga Armenia tinggal di kerajaan yang diperintah oleh Istanbul. Warga Muslim Turki tidak menampik pembunuhan tersebut, namun menyangkal bahwa tindakan ini adalah sebuah genosida.

Erdogan menyatakan bahwa sekitar 100 ribu orang Armenia kini masih berada di Turki, termasuk mereka yang telah menjadi warga negara Turki, dan mereka tidak pernah dianiaya.

"Baik warga negara maupun non-warga negara Armenia mempunyai peluang yang sama di negara kita. Kita bisa mendeportasi mereka, tapi kami tidak melakukan itu," kata Erdogan. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER