Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Indonesia mengutuk serangan bom yang terjadi di Sanaa, Yaman pada Senin (20/4), yang mengenai gedung Kedutaan Besar RI. Media setempat melansir puluhan tewas sementara hampir 400 orang lainnya terluka, termasuk dua diplomat dan seorang WNI lain.
Ledakan ditujukan ke depot senjata yang berada di Bukit Faj Attan, dekat distrik Hadda, yang merupakan lokasi istana kepresidenan Yaman dan kedutaan-kedutaan besar. Laporan berbagai media mengatakan bom ini merupakan bagian dari serangan udara yang dilancarkan oleh Arab Saudi untuk menggempur pemberontak Houthi.
Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Indonesia, gedung KBRI yang terkena bom rusak berikut juga semua kendaraan yang berada di sekitar gedung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duta Besar RI untuk Yaman, Wajid Fauzi, yang saat ini berada di Salalah—kota Oman yang berbatasan dengan Yaman—mengatakan media-media internasional melansir bahwa besarnya ekskalasi ledakan tidak hanya disebabkan kekuatan bom, tapi juga senjata yang menjadi target pengeboman.
Wajid menjawab berbagai pertanyaan dari CNN Indonesia terkait kondisi Yaman dan KBRI pada khususnya, lewat sambungan telepon pada Selasa (21/4).
Berikut petikannya:
Bagaimana kondisi terakhir di Sanaa?Gedung KBRI terkena serangan, tapi Alhamdulillah tidak ada korban jiwa WNI. Sekitar 80-90 persen gedung rusak parah.
Apakah masih ada staf Kedutaan yang masih berada di Sanaa?Hari ini, 36 WNI termasuk staf KBRI terakhir meninggalkan Sanaa, berangkat pukul 6 pagi hari ini (21/4) ke Hudaidah.
Dimana letaknya target sesungguhnya serangan bom ini?Gedung KBRI terletak di dekat bukit yang disebut Faj Attan. Di dalam bukit itu, kabarnya terdapat gudang senjata. Jadi target serangan adalah gudang senjata itu. Bukit itu jaraknya sekitar satu kilometer daru KBRI.
Berapa total korban jiwa saat ini?Media-media setempat melaporkan sebanyak 46 warga sipil menjadi sudah menjadi korban jiwa, tapi tidak ada WNI yang menjadi korban.
Apakah masih ada WNI di Salalah yang belum pulang ke Indonesia?Saat ini tidak ada. Mereka yang dievakuasi lewat Salalah sudah lebih dari 1000 orang, namun sudah kembali ke Indonesia. Yang tinggal di Salalah saat ini hanya staf KBRI.
Bagaimana tantangan menjadi Duta Besar di negara konflik seperti Yaman?Tidak mudah memang untuk memberi perlindungan kepada WNI yang berada di berbagai lokasi berbeda yang tengah didera konflik seperti Yaman. Oleh karena itu, pihak KBRI sudah mengimbau evakuasi sejak jauh-jauh hari, dari Desember 2014. Hingga kini pun imbauan masih tetap dilakukan. Tetapi ada memang WNI yang tidak mau pulang, bisa karena sudah menikah dengan warga Yaman, ataupun karena pendidikan. Untuk yang tidak mau, kita tidak memaksakan, tapi tetap mengimbau dengan sangat kepada mereka untuk meninggalkan Yaman.
Melihat banyaknya warga sipil yang menjadi korban, menurut pengamatan Bapak apakah serangan udara yang dipimpin oleh Arab Saudi akan terus dilanjutkan?Saya hanya mengamati berbagai media yang melaporkan bahwa juru bicara negara koalisi mengatakan kemungkinan serangan masih akan terus berlanjut dan belum bisa memastikan kapan serangan udara berakhir. Untuk itu sekali lagi saya menyerukan WNI untuk meninggalkan Sanaa dan Yaman.
Bagaimana Bapak melihat warga Yaman saat ini? Seberapa besar dukungan kepada Presiden Abdu Rabu Mansour Hadi ataupun ke al-Houthi?Melihat konteks awal, konflik terjadi karena berbagai kepentingan yang berbeda, sehingga rakyatpun demikian, ada yang menolak, ada yang mendukung, berbeda kepentingan.
Apakah Bapak sendiri akan pulang ke Indonesia mengingat KBRI di Yaman sudah kosong?Kami saat ini berada di kota perbatasan Yaman dan Oman, dan akan melihat perkembangan serta situasi terkini. Jadi kalau sewaktu-waktu diperlukan, bisa mengambil tindakan. Sampai kapan, belum pasti, akan berkoordinasi dulu dengan Kementerian Luar Negeri.
(stu)