Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pangeran di Arab Saudi berjanji akan memberikan satu unit mobil mewah Bentley kepada setiap pilot pesawat tempur Saudi yang terlibat dalam serangan udara di Yaman.
Pasukan militer Arab Saudi memang mengirim serangan udara ke Yaman pada bulan lalu untuk menghentikan pergerakan pemberontak Houthi, yang bersekutu dengan Iran dan sebelumnya juga sempat menggulingkan pemerintahan yang didukung Saudi.
Pangeran Alwalid Bin Talal, keponakan raja Saudi, Abdullah, telah berjanji akan memberikan 100 mobil Bentley kepada 100 pilot yang bertempur di Riyadh, pusat kota Saudi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pangeran Talal, yang memiliki saham sejumlah US$300 juta di perusahaan sosial media Twitter, mengumumkan janjinya tersebut melalui cuitan akun Twitter-nya, seperti yang diberitakan oleh
International Business Times pada Rabu (22/4).
Namun entah mengapa cuitannya tersebut kini telah dihapus.
Pada Selasa (21/4), pihak Saudi mengatakan kalau serangan yang dinamakan
Operation Decisive Storm telah mencapai tujuannya dan menewaskan sebanyak 944 orang serta melukai 3.480 orang.
Setelah kontak militer selama sebulan, Saudi akan mencari solusi melalui jalan politik dengan operasi baru yang dinamakan
Operation Restoring Hope.
Tapi dikabarkan, serangan masih akan berlanjut pada hari Rabu (22/4) dan melebar ke kawasan Taez.
Talal, yang saat ini berusia 60 tahun, adalah cucu dari penguasa Saudi, Ibnu Saudi, salah satu orang terkaya di dunia.
Saat ini ia memiliki harta sebanyak US$23 miliar dan beberapa investasi berupa hotel di London, saham di Apple, Citigroup dan News Corp.
Tahun 2013 ia bahkan pernah menggugat
Forbes yang menulis berita kalau kekayaannya berkurang, padahal ia mengaku kalau dirinya masih kaya raya.
Janji Talal pernah terbukti sekali. Saat itu ia memberikan 25 mobil Bentley gratis kepada anggota tim sepak bola Saudi.
Akis pemberian mobil Bentley oleh Talal dikecam banyak netizen.
Para netizen mengatakan kalau Talal tidak berperikemanusiaan karena seakan memberikan hadiah bagi para pembunuh.
Saudi mulai melancarkan operasi militer sejak 26 Maret 2015.
Akibat konflik ini, masyarakat sipil dibuat sengsara, apalagi setelah pelabuhan dan bandar udara ditutup.
(ard/ard)