Jakarta, CNN Indonesia -- Arab Saudi memimpin pesawat tempur negara-negara koalisi mengebom Yaman pada Rabu (22/4), setelah mengumumkan gencatan senjata sehari sebelumnya.
Serangan ini menggambarkan bagaimana sulitnya menemukan solusi politik untuk mengatasi konflik di Yaman.
Padahal pengumuman gencatan senjata yang diumumkan oleh Riyadh pada Selasa telah menimbulkan reaksi positif dari Amerika Serikat dan Iran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun beberapa jam kemudian, serangan udara dan pertempuran darat dilanjutkan kembali dan Palang Merah Internasional menggambarkan situasi kemanusiaan di Yaman sebagai “bencana”.
Pemberontak Houthi sendiri mengatakan mereka menginginkan pembicaraan damai—yang diinisiasi oleh PBB—namun hanya setelah negara Arab menghentikan serangan udara secara total.
Sementara itu, Houthi merebut sebuah pangkalan militer yang setia kepada Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi di kota Taiz. Sebuah serangan udara Saudi melanda markas itu kemudian, kata warga.
Warga juga mengatakan pesawat koalisi kemudian memukul posisi pemberontak di Yaman selatan dengan 12 serangan udara lagi.
Di Yaman selatan, milisi pro-Hadi juga berperang melawan Houthi dan tentara loyalis mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang bersekutu dengan Houthi. Kata warga, terjadi penembakan dengan tank dan tembakan senjata otomatis di pelabuhan Aden.
Yaman Selatan telah menjadi benteng perlawanan terhadap kemajuan Houthi, dan penduduk setempat menyatakan mereka kecewa Saudi menyatakan mengakhiri serangan, yang dianggap telah banyak membantu kekuatan mereka.
"Keputusan itu aneh dan benar-benar tak terduga. Pejuang kami telah membuat kemajuan, tetapi (kami) membutuhkan dukungan udara yang lebih dari Saudi. Sekarang kami mendengar Houthi dan orang-orang Saleh maju di banyak tempat," kata warga Aden, Saleh Salem Ba Aqil.
Di Washington, Duta Besar Saudi untuk AS, Adel al-Jubeir menjelaskan bahwa kampanye pengeboman itu belum sepenuhnya berakhir. Ia juga mengatakan serangan terbaru Houthi di Aden dilancarkan "dari tiga sisi." Kepada wartawan, ia menegaskan bahwa Saudi akan terus menggunakan kekuatan "untuk menghentikan mereka mengambil alih Yaman dengan tindakan agresif."
(stu)