Jakarta, CNN Indonesia -- Gunung berapi Calbuco yang berada di selatan Chili baru saja meletus pada Rabu (22/4) waktu setempat.
Terpantau hingga hari Kamis (23/4), gunung tersebut masih mengeluarkan semburan asap panas ke langit.
Kondisi ini menyebabkan banyak perusahaan penerbangan menunda jadwal pesawat yang terbang dari dan ke Chili, termasuk ke Argentina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya penerbangan, kegiatan di kota termasuk sekolah pun diliburkan.
Gunung Calbuco, yang terakhir kali meletus pada tahun 1961, terlihat memuntahkan isi perutnya secara konstan.
Debu bawaannya pun masih terasa sampai 20 km, ke dekat kota Puerto Varas, sekitar 1.000 km dari selatan Santiago.
Pada Kamis, sebanyak 4.000 orang yang tinggal dekat dengan gunung berapi sudah diungsikan, kata pihak berwajib.
Fokus penyelamatan terutama di kota kecil berenama Ensenada, yang berjarak sekitar 15 km dari gunung.
Dikabarkan, satu pendaki gunung masih dinyatakan hilang hingga saat ini.
Calbuco berada 90 km dari Gunung Puyehue, yang terakhir meletus pada tahun 2011.
Sama seperti Calbuco, saat Puyehue meletus seluruh penerbangan pun dihentikan, karena asapnya hampir mendekati Australia.
 Suasana kota setelah gunung meletus. (REUTERS/Chiwi Giambirtone) |
Selain membahayakan udara, letusan juga membahayakan daratan, kata banyak pengamat geologi, David Rothery.
"Kembali meletusnya gunung tentu saja mengeluarkan banyak isi yang tidak terduga. Lava panas dan dingin bisa lebih banyak dan lebih cepat mengalir," kata Rothery.
"Tindakan evakuasi harus cepat dilakukan, apalagi yang berada dalam radius 20 km," lanjutnya.
Asap tebal masih terlihat dari jarak jauh sampai hari ini. Pengamat lain, Moyra Gardeweg, bahkan mengatakan kalau letusan mungkin belum akan berakhir.
"Tahun 1961 letusan berlangsung hingga enam minggu. Pada akhir abad ke-19, bahkan berlangsung selama tiga tahun," kata Gardwegeg.
Sebelum meletus, Calbuco adalah salah satu tempat tujuan wisata karena keindahan alamnya.
Para turis banyak yang mendatangi danau yang berada di sana.
 Situasi gunung saat malam hari. (REUTERS/Chiwi Giambirtone) |
(ard/ard)