Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Amerika Serikat (AS) dan Italia yang diculik kelompok teroris al-Qaidah di perbatasan Pakistan dan Afghanistan, telah tewas dalam operasi anti-teroris AS pada bulan Januari 2015, seperti yang dinyatakan oleh pihak Gedung Putih dalam pernyataan resminya pada Kamis (23/4).
Dalam operasi yang dilakukan tidak bersamaan, warga AS yang bernama Warren Weinstein dan warga Italia yang bernama Giovanni Lo Porto, terbunuh bersama salah satu pemimpin Al-Qaidah Ahmed Farouq.
Presiden AS Barack Obama menyatakan rasa belasungkawanya atas kejadian tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai suami dan ayah, saya tidak bisa membayangkan apa yang sedang keluarga mereka alami saat ini," kata Obama kepada para wartawan dengan nada sedih.
"Saya menyesali semua yang telah terjadi," lanjutnya.
Setelah mengucapkan rasa belasungkawa, Obama juga berjanji pihaknya akan menjelaskan urutan kejadian secara rinci, agar keluarga tahu apa yang terjadi saat itu.
Weinstein diculik di Lahore, Pakistan, pada tahun 2011, saat masih bekerja di perusahaan konsultasi asal AS. Al-Qaidah meminta tebusan dibebaskannya anggota Al-Qaidah yang ditangkap oleh AS.
Berita diculiknya Weinstein muncul pertama kali dalam video yang disiarkan Al-Qaidah pada Mei 2012 dan Desember 2013.
Dalam video yang tersiar, Weinstein meminta pemerintah Obama membebaskannya, karena ia menderita masalah jantung dan asma.
Sedangkan media Italia mengatakan kalau Lo Porto, yang berasal dari Palermo, Sisilia, diculik saat baru tiga hari berada di Pakistan.
Lo Porto bekerja untuk perusahaan kontraktor Jerman yang sedang merehabilitasi kawasan yang diterjang banjir pada tahun 2010.
Seorang pria juga diculik bersamanya, namun berhasil dibebaskan pada Oktober 2014 oleh pasukan khusus Jerman.
Hingga saat ini pihak Gedung Putih belum menjelaskan secara rinci bagaimana operasi tersebut bisa membunuh orang sipil.
Operasi tersebut menggunakan taktik serangan
drone.Namun
Wall Street Journal memberitakan kalau ini adalah operasi AS pertama yang mencelakai orang sipil.
"Kejadian ini sangat bertentangan dengan aturan kami. Kami berjanji kejadian ini tidak akan terulang lagi," kata pihak Gedung Putih.
(ard/ard)