Mantan Budak Seks Korea Desak PM Jepang Meminta Maaf

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Jumat, 24 Apr 2015 18:10 WIB
Budak seks Korea Selatan yang menjadi korban dalam Perang Dunia II, mendesak Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meminta maaf dan mengembalikan martabatnya.
Sejarah jugun Ianfu atau wanita penghibur dari Malaysia dan Tiongkok adalah salah satu topik sejarah yang ingin diubah oleh pemerintah Jepang. (Dok. Wikimedia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kim Bok-dong, seorang wanita warga Korea Selatan berusia 88 tahun yang dipaksa menjadi budak seks di rumah bordil militer Jepang selama Perang Dunia Kedua, menyerukan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk meminta maaf dan mengembalikan "kehormatannya” ketika Abe mengunjungi Washington pekan depan.

"Dia harus meluruskan perbuatan yang salah di masa lalu...dan meminta maaf," kata Kim dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari Reuters, Jumat (24/4).

Masalah "wanita penghibur", atau yang dikenal dengan istilah jugun ianfu, yang dipaksa bekerja di rumah bordil yang secara luas diketahui, telah lama menjadi sumber cek-cok Jepang dan negara-negara Asia. Kini persoalan itu terangkat kembali menjelang peringatan 70 tahun berakhirnya Perang Dunia II.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak kaum konservatif Jepang, termasuk Abe, mengatakan tidak ada bukti keterlibatan negara Jepang secara langsung dalam penculikan wanita itu.

"Perdana Menteri Abe menyatakan tidak ada bukti. Saya buktinya, dan saya masih hidup. Membantah semua ini pernah terjadi adalah perbuatan yang tak masuk akal," katanya melalui seorang penerjemah.

Kim diculik dan diperkosa di sebuah pabrik penjahitan pada usia 14 tahun. Nasib kemudian menjadikannya seorang pekerja seks komersial di rumah bordil di Tiongkok. Kim kemudian dipindahkan ke sejumlah negara di Asia Tenggara selama perang berlangsung.

Ketika dia memprotes tentang keadaannya, dia dipukuli hingga wajahnya kebas. Kim mengungkapkan bahwa kini tubuhnya dipenhui bekas luka dan dia tak mampu melahirkan anak.

"Saya hampir 90 tahun, tapi saya tak pernah mengenal apa itu cinta. Saya terseret dalam keadaan ini sejak saya masih gadis," kata Kim.

"Namun saya tak bisa meninggal, karena masih ada hal yang harus saya lakukan. Saya ingin sebuah permintaan maaf yang resmi. Saya ingin mendapatkan kembali martabat dan kehormatan saya," ujar Kim melanjutkan.

Sementara, Abe ingin menyusun kembali masa lalu perang Jepang dengan mengubah permintaan maaf yang dibuat oleh pendahulunya Tomiichi Murayama pada 1995 silam.

Dalam pidatonya pada peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika di Jakarta, Rabu (22/4), Abe menyinggung penyesalan pemerintah Jepang atas Perang Dunia II, namun tak melayangkan permintaan maaf yang baru.

Laporan PBB tahun 1996 yang ditulis oleh Radhika Coomaraswamy soal "perbudakan seks" oleh tentara Jepang pada Perang Dunia II mengemukakan bahwa Tentara Imperialis Jepang mengumpulkan dan memaksa wanita Korea dari Pulau Jeju, Korea Selatan untuk jadi wanita budak seks, atau jugun ianfu.

Menurut laporan Asian Women's Fund tahun 2007 lalu, diperkirakan ada 50 ribu sampai 200 ribu wanita dari berbagai negara yang dijadikan pemuas birahi tentara Jepang.

Para jugun ianfu berasal dari Jepang, Tiongkok, Korea, Filipina, Taiwan, Myanmar, Indonesia, Belanda dan Australia, yang diculik antara tahun 1932 hingga 1945.

Setiap Rabu, sekelompok warga Korea Selatan melakukan aksi di depan Kedutaan Besar Jepang di Seoul, menuntut permintaan maaf dan kompensasi. Permintaan maaf Jepang selama ini dianggap tidak tulus.

Aksi di Korsel ini dimulai pada 8 Januari 1992, dan telah dihadiri 1.000 orang. Pada 2011, didirikan patung seorang gadis duduk di kursi dan bertelanjang kaki, memandang Kedubes Jepang, perlambang seluruh jugun ianfu dari Korea. Buruh kecil di bahu kiri gadis itu melambangkan kebebasan dan perdamaian. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER